Karyawan Lokal IMIP Tunjukkan Kapasitas, Halau Rasa Inferior di Tengah TKA

MOROWALI, MERCUSUAR — Perjalanan karier karyawan lokal di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dua sosok, Sahrul Jaya dan Dirjo Purwanto, menjadi contoh nyata kemampuan adaptasi, konsistensi, dan keinginan untuk terus berkembang di tengah dinamika kerja bersama tenaga kerja asing (TKA).

Sahrul Jaya, pemuda asal Desa Solonsa, Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali, memulai kariernya sebagai kru konveyor Divisi Rotary Kiln PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS) pada 2015. Meski sempat diliputi rasa inferior, lulusan SMK Negeri 1 Bungku Tengah itu mampu membuktikan diri. Ia pernah bertugas menjaga suhu di tungku putar hingga dipercaya atasannya dari Tiongkok untuk mewakili departemen dalam berbagai kesempatan.

Kariernya menanjak sejak 2018 ketika diangkat menjadi wakil foreman, kemudian foreman pada 2020, hingga akhirnya menjabat wakil supervisor setahun berikutnya. Berkat kesempatan mengikuti pelatihan industri dan bahasa Mandarin di Tiongkok, Jaya kini menduduki posisi supervisor sejak November 2024 dan dipercaya menjadi juru bicara antarpekerja Indonesia–Tiongkok setelah meraih sertifikasi HSK 4.

“Sepulang dari China, November 2024 saya diangkat jadi supervisor sampai sekarang,” ungkap pria 27 tahun itu.

Kisah serupa dialami Dirjo Purwanto, warga Desa Emea, Kecamatan Witaponda, yang kini menjabat Wakil Manajer Departemen Bijih Nikel di PT Logistik Sumber Daya (LSDY). Dirjo memulai perjalanan di IMIP pada Oktober 2016 sebagai operator dump truck. Berkat ketekunannya membangun relasi kerja dan meningkatkan keselamatan operasional, ia naik jabatan menjadi wakil foreman pada 2019 dan foreman pada 2020.

Kini, pria 37 tahun lulusan SMK Negeri 1 Luwuk itu mengelola 2.580 karyawan di departemennya. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan mental pekerja dan relasi yang sehat demi mencegah potensi insiden.

“Sebagai pemimpin, saya itu mendapat tekanan dari atasan, juga dorongan dari bawahan. Ketika kita tidak sabar, konflik akan muncul,” tuturnya.

Kisah Sahrul dan Dirjo menjadi bukti bahwa IMIP terbuka bagi karyawan lokal untuk terus berkembang. Kemauan belajar dan semangat kerja menjadi kunci kesuksesan, di samping keterampilan teknis yang dimiliki. */JEF

Pos terkait