MOROWALI UTARA, MERCUSUAR – Sinergitas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali Utara (Morut) bersama PT Cipta Agro Sakti (CAS) terkait program plasma mandiri di Kabupaten Morut, disebut merupakan upaya untuk menyejahterakan petani.
General Manager PT CAS, Khairul Syam mengatakan program tersebut dilakukan sebelum memasuki pembangunan kebun untuk jangka panjang. Dalam perjalananya selama tiga tahun di kabupaten Morut, PT CAS diakui Khairul, tertatih-tatih disebabkan kondisi lahan yang kurang maksimal didapatkan, dari potensi lahan seluar 10.980 hektare.
“Ada beberapa lahan yang tidak dapat dilakukan penanaman sawit, salah satunya adalah area mangrove dan percetakan sawah, serta sebagian lahan yang dikuasai oleh masyarakat,” kata Khairul Syam, saat memberikan sambutan pada Sosialisasi dan Tanam Perdana Plasma Mandiri perkebunan sawit, di Desa Boba Kecamatan Bungku Utara, Sabtu (2/3/2024).
Hingga saat ini, ungkapnya, area tanam PT CAS dalam kurun 3 tahun baru mencapai 1.534 hektare dari target penanaman 10.000 hektare. Olehnya, kata Khairul, PT CAS akan terus berupaya mencari lokasi potensial di dua kecamatan, yakni Bungku Utara dan Mamosalato.
“Sejauh ini, ada satu lokasi potensial tersisa di desa Menyoe, yang sementara dalam proses perizinan amdal dan IUP sekitar 4.000 hektare, dan akan dibagi sebesar 30 persen untuk plasma mandiri,” ujarnya.
Khairul mengatakan, program plasma mandiri sudah terlaksana di Provinsi Kalimantan Timur, dengan skema yang sama seperti Morut. Dengan harapan, dapat menyejahterakan masyarakat Morut, terutama di Kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato.
“Keberhasilan sistem kemitraan dan sinergitas tergantung pada penerapan, dan kuncinya adalah peningkatan intensitas hubungan dengan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Bupati Morowali Utara, berdasarkan kepercayaan satu dengan yang lainnya. Artinya, dalam kemitraan harus ada sinergitas, dan komitmen yang saling menguntungkan, baik petani dan perusahaan inti,” ujar Khairul.
Menurutnya, kegiatan yang bersinergi dengan Pemkab Morut tersebut, dapat memberikan harapan baru bagi petani sawit, berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani, dengan memberikan manfaat berupa pendapatan, lapangan pekerjaan, peningkatan pengetahuan dan manajerial administrasi, serta keterampilan.
“Diharapkan, program ini akan memberikan pengetahuan dan peningkatan produktifitas, juga pendapatan petani sawit rakyat,” jelasnya.
Dari pola kemitraan dan sinergitas tersebut, Bupati Morut, Dr. dr. Delis Julkarson Hehi dalam sambutanya mengatakan ada beberapa hal mendasar mengapa plasma mandiri diterapkan.
“Misalnya, untuk satu lahan saja sekian ratus hektare yang ada di satu desa, kemudian setelah bagi plasma ternyata hanya 50 atau seratus KK yang dapat ter-cover, dan kemungkinan masyarakat hanya mendapatkan setengah hektare, sementara masih ada masyarakat yang memiliki lahan sendiri tidak bisa menanam sawit dikarenakan tidak mempunyai bibit kelapa sawit yang terbilang cukup mahal. Dengan adanya plasma mandiri, maka masyarakat yang memiliki lahan tidur bisa memanfaatkan program ini untuk menanami lahan dengan kelapa sawit, sehingga kemudian dapat penghasilan dari kebun kelapa sawit dan meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Delis.
Ia juga menyampaikan, program tanam perdana oleh PT CAS tersebut, merupakan solusi yang terbaik, jika setiap warga memiliki satu hektare kebun kelapa sawit, maka sudah dipastikan mendapatkan hasil bersih sebesar Rp2,5—3 juta setiap kali panen, dengan harga jual kelapa sawit yang cenderung akan terus naik.
“Seperti diketahui bersama, bahwa di wilayah Sulaweei Tengah program plasma mandiri diterapkan untuk pertama kalinya di Kabupaten Morowali Utara, dan dapat dijadikan contoh untuk daerah lainya,” pungkas Delis. SEM