MOROWALI, MERCUSUAR- PT Indonesia Morowali Industrial Park atau PT IMIP bekerjasama dengan Universitas Indonesia di Jakarta, meresmikan penggunaan Laboratorium IMIP dan Auditorium Morowali di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional (FEB UI KKI). Pembangunan fasilitas laboratorium dan auditorium ini mendapat dukungan penuh dari PT IMIP.
Chairman PT IMIP, Halim Mina mengatakan, keberadaan laboratorium di FEB UI ini merupakan kerja sama pihaknya dan kampus Universitas Indonesia. PT IMIP memiliki kompleks industri di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dengan 14 jenis industri di dalamnya. Mereka memproduksi pengolahan logam dari hulu ke hilir yang merupakan proses produksi terpanjang dalam satu tempat di dunia.
Halim Mina mengatakan, pihaknya hendak membuat produksi perkakas rumah tangga dan komponen dasar mobil listrik, seperti nikel dan litium. Untuk itu dibutuhkan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan riset dan inovasi. “Kami juga membutuhkan sumber daya manusia yang bermutu untuk menggerakkan industri dan inovasi” katanya.
Saat ini, kata Halim Mina, jumlah tenaga kerja lokal langsung di PT IMIP sebanyak 31.000 orang, 20.000 tenaga kerja lokal tidak langsung dan kurang dari 3.000 tenaga kerja asing. Artinya, terdapat banyak kesempatan bagi anak bangsa.
Dalam acara peresmian yang berlangsung siang tadi dihadiri Dekan FEB UI Prof Arie Kuncoro, mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Halim Mina, dan Komisaris Utama PT IMIP, Sintong Panjaitan. “Semoga ke depannya langkah awal kerjasama kami dengan pihak perguruan tinggi dapat terus terjalin dan berkembang sehingga kebutuhan SDM siap pakai yang berkualitas yang dibutuhkan dunia industri selalu tersedia” kata Halim.
Prof Ari Kuncoro mengatakan, inkubator bisnis dan kewirausahaan menjadi sebuah kebutuhan di perguruan tinggi. Melalui laboratorium IMIP, kolaborasi antara riset perguruan tinggi dan kebutuhan industri bisa bertemu dan diolah. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak karena riset berkembang dan produksi barang dan jasa bisa memberikan sesuatu yang baru.
Diharapkan, kata Prof Ari, inkubator bisnis dan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat melahirkan wirausaha atau perusahaan pemula (start up). “Pergerakan ekonomi diibaratkan seperti formasi angsa terbang yang membentuk huruf V. Angsa terdepan adalah bisnis termodern, dalam konteks masa kini adalah perusahaan rintisan (pemula)” katanya.
Pendidikan ekonomi kini kata Prof Ari, berorientasi kepada kolaborasi, bukan persaingan produksi barang dan jasa untuk menguasai pasar. Keberadaan inkubator bisnis di perguruan tinggi merupakan sebuah keniscayaan agar kerja sama dengan dunia usaha dan industri semakin erat. BBG