TONDO, MERCUSUAR – Pihak salah satu SDN di Kecamatan Mantikulore menepis anggapan bahwa sekolah tidak bertanggung jawab atas insiden jatuhnya salah seorang murid berinisial FR yang duduk di kelas 2, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif.
Dikatakan Kepala Sekolah, Fitrianty dihadapan Kepala UPT wilayah 2 Kecamatan Palu Timur, Andi Irma bersama Yonggu Suade selaku Pengawas dan Pembina yang diutus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu, bahwa upaya yang dilakukan sekolah pertama telah memberikan bantuan langsung dengan membawa murid tersebut ke puskesmas terdekat, namun karena luka yang dialami murid tersebut cukup serius dibagian mata, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
“Jika kita tidak bertanggung jawab pasti sudah tidak tertolong, selain itu karena ditahu kartu berobat KISnya telah di non-aktifkan, karena menunggak 3 tahun, kita berupaya dan mediasi ke orang tua temanya yang mendorong FR untuk bertanggung jawab dengan membayarkan biaya denda KIS nya, sehingga uang Rp.1,5 juta, jadi itu upaya kita untuk membantu bukan dari uang orang tua murid tersebut, salah anggapan itu,”ungkapnya, Selasa (3/7/2019).
Fitrianty mengaku memang datang menjenguk muridnya di hari ketiga dan berencana kembali lagi di malam harinya pasalnya saat datang menjenguk dirinya tidak membawa uang untuk membeli air, namun informasi diperoleh bahwa FR sudah pulang ke rumah, besoknya kata dia, dirinya mendatangi rumah FR namun tidak sempat ketemu karena di bawa kontrol pihak rumah sakit.
“Saya susul kesana tidak ketemu, maka saya bertemu dengan dokter jantung dan dokter anak yang merawat, karena ada pernyataan dokter tidak ada yang perlu diseriusi sehingga kita kembali,”ujarnya.
Sebelumnya kata dia, nenek dan paman dari korban datang mencari kepala sekolah dan mempertanyakan mengapa tidak ada perhatian sekolah atas insiden yang menimpah FR dan menuding pihak sekolah terkesan lepas tangan dan tidak bertanggung jawab.
“Bukan kita tidak ada perhatian namun adanya teror dan bahasa yang tidak enak diluar sana maka saya jadi bingung kenapa hal ini sampai terjadi, dan juga sebelumnya pihak keluarga datang minta uang tanggung jawab Rp.1,5 juta dan untuk beli obat cina, uang itu belum kami beri,” ujarnya.
Seperti diketahui, insiden yang menimpah FR terjadi pada Senin (22/7/2019), saat jam istirahat FR diduga didorong temanya dari belakang, sehingga jatuh dari atas pondasi bangunan tempat FR bermain, sehingga menyebabkan FR terluka serta memar dibagian matanya, dan hasil diagnose dokter kejadian tu menyebakan FR mengalami pecah pembuluh darah dibagian mata.
Akibat kejadian itu, nenek FR tidak menuntut dana pengobatan kepada pihak sekolah melainkan meminta perhatian, dengan datang menjenguk dan melihat kondisi korban ketika menajalani perawatan di rumah sakit.
Selain itu, karena tidak adanya komunikasi antara pihak sekolah dan keluarga korban, sehingga membuat masalah ini semakin melebar dan menyebar ke media social bahkan menjadi perdebatan di dunia maya.
Disdikbud Silaturahmi ke Keluarga Korban
Rombongan dari Disdikbud juga mendatangi rumah nenek FR yang selama ini telah merawat dan membesarkan FR, silaturahmi itu berjalan lancar namun diakhir kalimat pihak keluarga menegaskan tetap akan menuntut pihak sekolah dengan alasan tindakan pihak sekolah telah mengecewakan keluarga FR.
Pihak keluarga juga selama ini menyayangkan sikap sekolah yang terkesan membiarkan FR menjadi korban perundungan (bullying) teman di sekolahnya karena bibirnya yang berwarna agak kehitaman, yang diakbatkan penyakit kelainan jantung yang diderita FR. Ditambah lagi dengan insiden terjatuhnya FR membuat diapun enggan untuk kembali ke sekolah tersebut.
Mengenai, adanya informasi yang mengatakan bahwa ada permintaan berupa penggantian biaya pengobatan dari pihak keluarga, nenek FR menegaskan bahwa dirinya tidak pernah meminta uang sepeserpun ke pihak sekolah. ABS