JAKARTA, MERCUSUAR – Generasi Z (Gen Z) yang lahir awal tahun 2000-an, menjadi penyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan mereka terkategori sebagai usia kerja yang tidak produktif.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2025, Gen Z dan sebagian milenial jadi golongan dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia. Angka pengangguran kalangan Gen Z mencapai 16 persen.
Mengutip detik, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 orang per Februari 2025. Angka ini sama dengan 4,76 persen, yang berarti ada lima orang penganggur dari 100 orang angkatan kerja.
Dalam Sakernas, pengangguran didefinisikan sebagai penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan; mempersiapkan usaha baru; sudah diterima bekerja/sudah siap berusaha tetapi belum mulai bekerja/berusaha; atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa).
Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.
Dalam cakupan Gen Z yang lahir dari 1997-2012, berarti mereka tengah berusia sekitar 13-28 tahun. Menurut data Sakernas, usia Gen Z tersebut menjadi yang paling banyak menyumbang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2025.
Selaras dengan data Sakernas, data dari Aliansi Ekonom Indonesia menunjukkan hal serupa. Generasi muda sumbang angka pengangguran tertinggi di Indonesia.
Didominasi Kelompok Usia 15-24 Tahun
Mengutip detikFinance, demografi pengangguran didominasi oleh kelompok usia muda 15-24 tahun. Ini merupakan kelompok usia Gen Z saat ini.
“Pengangguran usia 15 sampai dengan 24 tahun, selama 2016 sampai dengan 2024 selalu di atas 15%,” kata perwakilan Aliansi Ekonom Indonesia, Vivi Alatas.
Ia melanjutkan, angka pengangguran kelompok muda ini tiga kali lebih besar dibanding kelompok usia dewasa 25-34 tahun. Di sisi lain, data juga menunjukkan 25% anak muda Indonesia yang tidak produktif.
“Kita bisa melihat lebih dari 25% anak muda Indonesia tidak produktif, tidak sedang bekerja, tidak sekolah, tidak mengikuti pelatihan, dan tidak mempersiapkan kerja, khususnya perempuan,” paparnya.
Lulusan SMK dan Sarjana
Data Sakernas membedakan tingkat pengangguran berdasarkan lulusan pendidikan terakhir. Menurut survei, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyumbang angka pengangguran tertinggi.
Pengangguran lulusan SMK (8 persen) lebih tinggi dibanding lulusan SMA (6,35). Namun, keduanya menjadi yang paling tinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi.
Berikut TPT per Februari 2025, menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, Sekolah Menengah Kejuruan 8 persen, Sekolah Menengah Atas 6,35 persen, Diploma IV, S1, S2, S3, 6,23 persen, serta Diploma I/II/III: 4,84 persen. DTC