PALU, MERCUSUAR – Berbicara pesepakbola Sulawesi Tengah, maka tak boleh melupakan satu nama yang telah membawa nama Kota Palu bahkan Sulawesi Tengah terkenal di pulau Jawa. Ya, dia adalah Budi Aswin yang merupakan orang Palu pertama bermain di liga professional Indonesia, Galatama.
Haji Budi Aswin yang saat ini masih tampak bugar di usianya yang menginjak 64 tahun , menilai Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu tak kehabisan talenta pesepakbola. Namun sosok kelahiran 16 Januari 1957 ini menyebut terdapat berbedaan pemain-pemain di zamannya dengan pemain di zaman milenial dalam pola latihan.
“Kita ini di Kota Palu, yang saya lihat ya, semangat anak-anak berlatih tak sehebat zamannya kita orang. Kalau zamannya kita dulu, kalau disuruh datang ke lapangan jam empat sore, kita sudah di lapangan lebih cepat, tapi ini, saya lihat lebih banyak terlambatnya. Artinya, disiplin belum tertanam dalam diri anak-anak saat ini,”sebut Puaji Budi, sapaan akrabnya.
Sekilas profil Budi Aswin, adalah salah satu legenda Sepakbola Sulawesi Tengah yang memiliki segudang pengalaman di kasta tertinggi Sepakbola Indonesia, bahkan dengan talentanya, Budi Aswin sempat berseragam timnas Indonesia.
Kepada Mercusuar, Budi Aswin mengakui kalau dirinya menjadi pemain termuda di klub Niac Mitra Surabaya saat usianya masih 17 tahun.
“Saya memutuskan ke Jawa (Surabaya), sebenarnya karena sedikit kecewa dengan oknum Persipal yang selalu mengganti nama saya dalam beberapa kali kesempatan waktu masuk tim Persipal yang disiapkan ke Manado dan Makassar. Mungkin karena saya waktu itu masih muda barangkali sehinggga nama saya diganti walaupun sudah terpilih,”ucap Budi sambil senyum.
Rasa kecewa itu pun dilampiaskan Budi Aswin dengan merantau ke Surabaya yang ternyata menjadi awal karirnya bermain di kompetisi utama PSSI, Galatama.
“Saya ke Surabaya karena dipanggil pelatih Mitra, padahal baru selesai ujian sekolah di STM (sekarang SMKN 3 Palu, red) dan saat itu belum tahu lulus atau tidak karena sudah berada di Surabaya. Tapi ternyata dapat kabar dari Palu bahwa saya lulus,” terngnya.
Budi Aswin menceritakan, bersama Wayan Diana dan Joko Malis sempat memperkuat Persebaya di Jusuf Cup di Makassar tahun 1976. Setelah itu terpilih memperkuat klub Niac Mitra mengarungi kompetisi Galatama.
Terkait Sepakbola Sulawesi Tengah , dukungan pemerintah provinsi Sulawesi Tengah terhadap Palu Putra di era gubernur Abdul Azis Lamadjido, kata Budi membuat Palu Putra mampu bersaing di kompetisi Galatama.
“Saya kira sekarang ini sudah tidak ada gubernur segila pa Azis (Lamadjido) yang mau mendukung total Sepakbola Palu kala itu. Semua pemain terbaik dipanggil pulang hanya untuk memperkuat Palu Putra. Bahkan saya didatangi langsung pak Azis di Surabaya memaksa agar pulang ke Palu,”kenangnya.
“Saya pribadi tetap dan selalu berharap Sepakbola kita bisa kembali tempil di kasta tertinggi kompetisi PSSI. Tapi dukungan pihak ketiga menjadi sangat mutlak dan kalau bisa siapa pun yang memimpin Sulawesi Tengah kedepannya punya komitmen terhadap pengembangan prestasi olahraga di Sulawesi Tengah, khususnya Sepakbola. Karena Sepakbola adalah olahraga universal yang mampu mengangkat derajat dan martabat daerah,” tutupnya. CLG