PALU, MERCUSUAR – Defile kontingen akan menjadi bagian dari opening ceremony Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, 2-15 Oktober 2021. Namun satu hal yang akan menjadi pertanyaan adalah siapa yang akan mengenakan salah satu baju adat daerah Sulawesi Tengah pada defile kontingen di acara pembukaan tersebut?.
Sekaitan hal itu, Ketum KONI Sulteng, Moh Nizar Rahmatu menyebut atlet, pelatih maupun official punya peluang sama mengenakan busana adat Sulawesi Tengah pada pembukaan PON XX di stadion Lucas Endebe mendatang.
“Daerah kita ini memiliki ragam budaya, bahasa termasuk pakaian adat yang banyak yang memiliki nilai corak warna dan seni tinggi, dan kami belum tahu pakaian adat dari daerah mana nantinya yang akan dipakai saat defile kontingen. Tapi, apapun itu dan dari suku manapun nantinya yang akan kita gunakan, yang jelas itu adalah keterwakilan dari Sulawesi Tengah. Andaikan bisa 13 baju adat dari 13 kabupaten kota ditampilkan, pasti kita akan bawa ke Papua. Lalu siapa yang akan mengenakan baju adat nanti, kami juga masih akan berkordinasi dengan tim . Antara atlet, pelatih maupun official punya peluang sama memakai pakaian adat. Tentunya kita ingin, kalau wanita pasti yang cantik-cantiklah,” ujar Nizar Rahmatu.
Dalam catatan Mercusuar, ada dua atlet wanita yang layak mengenakan baju adat di opening ceremony PON Papua nanti, yakni Frilia Dinisa dari cabor Taekwondo dan Yuningsih Cristina Masoara dari cabor Karate.
Frilia Dinisa sendiri adalah Taekwondoin yang akan bermain di nomor Kyorugi. Atlet yang akan turun di kelas Under 49 kg ini lolos ke PON Papua setelah meraih medali perunggu di Pra PON yang digelar di provinsi Banten dan peraih medali emas di POPNAS Jakarta 2019. Sementara itu, Yuningsih Cristina Masoara adalah Karateka yang akan tampil di nomor Kata Perorangan Putri yang menduduki peringkat keenam Pra PON di Jakarta.
Selain atlet, sosok wakil bendahara KONI, yakni Roeriani Andriani berpeluang juga tampil mengenakan busana adat Sulawesi Tengah. Wanita bergelar Master Magister ini tak kalah cantik dengan Frilia Dinisa dan Yuningsih Cristina Masoara. CLG