CIAMIS, MERCUSUAR – Buntut kekalahan Persipal dari PS Tanbu Putra di laga perdana grup E Liga 3 putaran nasional Babak 64 besar, Rabu (9/2/2022) lalu membuat Direktur Teknik Persipal, Hanafing angkat bicara.
Hanafing menilai performa anak-anak Persipal belum sesuai ekspektasi bahkan sulit memecehkan masalah dalam permainan saat lawan meggunakan taktik bertahan dan counter attack.
“Selama ini anak-anak memang tak pernah mendapatkan karakter permainan lawan yang mengandalkan defence atau istilahnya parkir bis yang hanya mengandalkan counter attack. Jadi, ketika menghadapi situasi seperti itu, anak-anak kita bingung. Itulah yang dialami waktu lawan Tanbu Putra,” ujar Hanafing, Kamis (10/2/2022).
Pemain yang baru saja sembuh dari covid yang juga dimainkan coach Yusuf Mardani di pertandingan itu tampak tidak maksimal di mata Hanafing.
“Dan ini yang kita lupa dan tidak tanya siapa yang siap main secara fisik, setelah kena covid kerana drop semua fisiknya. Ragil tak bisa lari, Yudi juga begitu tidak konsentrasi, drop semua. Bagaimana mau fit kalau yang covid istirahatnya tiga hari dan hanya latihan senam saja.
Tapi, kalau pinalti itu masuk, percaya diri pasti tumbuh. Karena bola pinalti itu tidak masuk, akhirnya Dedi juga jadi bingung, jadi beban. Akhirnya sejak saat itu banyak salah, passing ke samping salah ke depan juga salah, artinya sudah blenk, dan dia harus diganti. Untungnya Ahmed yang kita masukkan mainnya bagus, permainan hidup lagi. Cuma, lawan juga sudah konsentrasi bertahan. Inilah yang tidak bisa dipecahkan anak-anak,” tambahnya.
Bermain bola cerdas yang selalu disampaikan Hanafing dalam setiap pelajaran taktikal dalam latihan tak bisa diterjemahkan pemain Persipal dalam kondisi lawan menggunakan taktik bertahan.
“Knowledge of the game tak bisa dilakukan. Padahal di babak kedua kita sudah sampaikan main dari flank, cut back dan trough pass, clear. Tapi, apa yang terjadi, cut back tiada, through pass tiada. Tak satu pun dilakukan. Mainnya ke samping, angkat , samping, angkat. Jadi, lawan sudah siap juga. Padahal kita punya pemain yang memiliki tipikal seperti Andik (Firmansyah) dalam situasi seperti itu bisa,” imbuh instruktru pelatih A AFC Pro ini.
“Saya harus bilang ada faktor lucky (keberuntungan, red) dalam pertandingan Sepak Bola. Itu sudah contohnya dapat pinalti ngga masuk. Ya, jangan disesali karena yang membuat (kesalahan) itu kita sendiri karena hilang konsentrasi, dampak dari covid saya pikir sangat terasa, karena ini match pertama anak-anak .Mudah-mudahan saja di match kedua anak-anak bisa lebih fokus lagi,” tutupnya. CLG