PALU, MERCUSUAR – Jelang keberangkatan atlet Sulteng ke PON XX Papua, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulteng akan menyelesaikan persoalan tehnis pembayaran uang saku kepada atlet. Hal ini untuk menghindari keluhan atlet dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) sebelumnya. Sehingga Ketua Umum (Ketum) KONI Sulteng M Nizar Rahmatu berjanji hal tersebut tidak akan terjadi pada kontingen Sulteng sehingga tak membebani pikiran atlet sebelum bertanding.
“Karena nanti berangkat kalau yang sudah menikah sudah tidak pikir lagi kalau uang sakunya dikasih setengah-setengah atau tidak maksimal untuk diberikan ke anak istrinya di rumah. Sudah kalah dia sebelum bertanding. Hari ini tidak bisa lagi terjadi, harus kasih full dari awal. Kalau yang belum menikah dia pasti kasih tinggal untuk orang tuanya. Mungkin ia harapan satu-satunya keluarganya, ekonomi keluarganya bergantung pada anaknya. Ya minimal ada uang saku bisa berbagi dengan orang tuanya. Artinya dia berangkat sudah tidak ada masalah. Devile nanti pembukaan atau di tempat bertanding dia gagah bertanding. Artinya sudah menang di awal,” kata Nizar.
Begitupun soal pakaian yang dikenakan atlet. Yang selama defile PON malu malu, menjadi sebab non teknis kegagalan Sulteng meraih emas. Baju atlet PON kata Nizar telah dipesan di luar negeri. Paling lama pertengahan Agustus baju tersebut tiba di Palu. Logo sponsorship telah final akan melekat di baju atribut mulai dari masker hingga sepatu branded.
“PON sekarang kalau itu pakaian tidak branded dari masker hingga sepatunya, lemparkan ke saya di muka saya. Saya tidak mau anak-anak saya, atlet saya malu-malu dengan kontingen lain.,” kata Nizar.
Sementara baju puslatda produk dalam negeri dan didesain dari desainer Bali. “Baju puslatda kita tidak mau beli di pasar untuk atlet kita. Baju puslatda kami pesan dan desainer dari Bali dan digunakan tanggal 1 Agustus untuk menghadiri pembukaan Puslatda yang dibuka langsung oleh Gubernur Sulteng bapak H Rusdy Mastura,” kata Nizar. */CLG