Sulawesi Tengah mempunyai banyak pelatih Sepakbola yang tersebar di 13 kabupaten/ kota . Mulai dari usia muda sampai yang sudah melampaui umur 50 tahun. Ada mantan pemain professional, amatir bahkan ada berlatar belakang akademisi. Saat ini mereka sudah berada dalam satu organisasi yang bernama Asosiasi Pelatih Sepakbola Indonesia (APSI) Sulawesi Tengah.
OLEH: ISSRIN ASSAGAF
WARTAWAN MERCUSUAR
Namun menjadi pelatih tak hanya jago dalam meracik strategi, paham karakteristik pemain dan bisa menjadi leader dalam tim. Tapi pelatih juga wajib punya legalitas yang sangat dibutuhkan sebagai pengakuan atas profesi yang ditekuninya. Ibarat SIM kendaraan bagi pengemudi dan KTP untuk warga negara Indonesia.
Baru-baru ini Sulawesi Tengah telah melahirkan 17 pelatih yang bersertifikasi C AFC PSSI Diploma. Sebelumnya juga sudah terdapat 12 pelatih C AFC yang dua diantaranya telah wafat.
Dari jumlah tersebut, dalam catatan Mercusuar ada beberapa yang bersemangat untuk meningkatkan lagi level kepelatihan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, mereka adalah M Agusman, Napoleon dan Fauzi Lamarauna yang rencananya akan mengikuti AFC PSSI B License dalam waktu dekat ini.
Mengembangkan karir kepelatihan sudah menjadi tekad dan keinginan semua pelatih dan itu tak bisa dipungkiri. Hanya saja sudah bukan menjadi rahasia umum lagi semuanya tebentur soal biaya besar yang harus dikeluarkan.
Semangat saja tak cukup untuk menimba ilmu yang lebih banyak. Dukungan dana tentunya menjadi nomor satu yang harus dikumpulkan ketiga calon pelatih B AFC ini. Sebagai gambaran untuk mengikuti kursus pelatih B AFC ini peserta harus membayar Rp 25 juta. Uang itu belum termasuk biaya transportasi dari daerah masing-masing.
Kepedulian pemerintah daerah sangat dibutuhkan terhadap perkembangan olahraga di Sulawesi Tengah khususnya peningkatan sumber daya pelatih. Hal ini sejatinya sudah tertuang dalam Undang-undang Sistim Keolahragaan Nasional. Poin inilah yang dibidik para calon pelatih untuk mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Hingga tulisan ini dibuat belum ada konfirmasi dari mereka apakah sudah ada sinyal positif dari pemerintah daerah atau belum.
Sekaitan hal itu KONI Sulawesi Tengah malalui kepala Sekretariat Edison Ardiles menyebut pelatih,atlet dan wasit menjadi komponen penting peningkatan prestasi olahraga.
“Pelatih, atlet dan wasit juri menjadi komponen penting dalam peningkatan prestasi olahraga. Selain atlet tentunya pelatih dan wasit juri harus mendapat porsi juga dalam peningkatan SDM nya. Pemerintah provinsi Sulawesi Tengah dalam hal ini KONI Sulawesi Tengah mendukung program pemerintah yang sudah diatur dalam undang-undang sistim keolahragaan nasional. Dan soal bantuan cukup tak cukup itu relatif yang penting kalau ada dana KONI akan bantu, sekali lagi soal besar kecil (bantuan) itu relatif. Karena memang tak bisa dipungkiri pelatih itu berperan besar atas pencapaian atlet kalau tanpa pelatih bisa apa atlet,” ujar kepala Sekretariat KONI Sulteng, Edison Ardiles saat dihubungi Mercusuar, Kamis (1/10/2020).
“Bukan untuk gagah-gagahan kalau kami ini mau ikut pelatihan pelatih B AFC. Artinya ini adalah profesi yang memang harus kita tingkatkan agar Sulawesi Tengah juga punya pelatih yang levelnya sejajar dengan daerah lain. Apalagi sekaraang ini level B AFC menjadi salah satu syarat agar bisa menjadi pelatih di klub professional, minimal menjadi asisten,” sebut Moh Fauzi Lamarauna yang mendapatkan lisensi pelatih C AFC nya di Sawangan Bogor.
Untuk sebuah prestasi di cabor apa saja memang butuh biaya besar. Pembangunan infrastruktur yang memadai, peningkatan SDM atlet, pelatih dan wasit/ Juri harusnya menjadi perhatian pemerintah daerah dan didukung oleh pihak ketiga. **