PALU, MERCUSUAR – Pada final tunggal putri cabor Tenis Meja Pekan Olahraga Kota Palu (Porkot) akhir pekan lalu, Suryani Maskur tampil sebagai pemenang yang mengalahkan Estar Pontara. Menjadi sorotan adalah kedua finalis ini sudah melewati usai emas sebagai atlet, Suryani Maskur 32 tahun dan Ester Pontara 40-an tahun. Artinya regenerasi atlet Tenis Meja Kota Palu tak berjalan dengan baik.
Kisruh dualisme dalam organisasi Perstuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) disebut-sebut menjadi salah satu faktor mandeknya pembinaan usai muda di PTMSI Kota Palu.
Sekaitan hal itu, Ketua Umum (ketum) PTMSI Kota Palu, H Suaeb M Ali menyebut kisruh di Tenis Meja pusat berpengaruh pada kerja organisasi yang dipimpinnya.
“Tenis Meja di Kota Palu ini memang vakum dalam beberapa tahun terakhir, dan pembinaannya memang tak berjalan sekitar tiga sampai empat tahun. Makanya hanya (senior) itu kelihatan karena pembinaan Tenis Meja ini setelah Porprov Poso dan Parigi itu tidak ada pembinaan pemain muda. Dan hal ini terpengaruh juga pada kepengurusan di pusat yang tidak solid, ada dua kepengurusan,” terang H Suaeb kepada Mercusuar belum lama ini.
Meski demikian PTMSI Kota Palu, kata Suaeb tak tinggal diam dan akan tetap berupaya melakukan pembinaan mulai dari tingkat sekolah setelah Pengprov PTMSI Sulawesi Tengah menggelar musyawarah bulan April tahun ini.
“Inshaalah ke depan setalah Musprov , PTMSI Kota Palu yang sudah dibentuk akan memulai mendidik anak- anak sekolah atau istilahnya kadet-kadet akan kita bentuk kembali dengan kepengurusan yang ada sekarang. Asal (PTMSI) provinsi secepatnya musprov , kita akan upayakan secepatnya pembinaan mulai dari tingkat sekolah,” ujar Sueab. CLG