Perjalanan panjang klub Sepak Bola kebanggaan Kota Palu, Persipal dalam merintis kembali prestasi di level persepakbolaan nasional Liga 3 2021 akhirnya gagal.
Oleh: ISSRIN ASSAGAF
Tiga laga yang dimainkan Persipal di grup E di Stadion Galuh Ciamis Jawa Barat hasilnya hanya mampu meraup satu kemenangan dan dua kali kalah. Itu artinya Persipal kandas di babak awal dari tiga fase yang harus dilalui sebelum naik kelas ke Liga 2, yakni babak 64 Besar, 32 Besar dan 16 Besar.
Publik Sepak Bola Sulawesi Tengah sejatinya menaruh harapan besar kepada Persipal Palu agar bisa mengibarkan panji daerah di kasta kedua Sepak Bola Indonesia tahun ini. Manajemen pun seperti menjawab ekspektasi publik Sulteng dengan menyusun kekuatan, salah satunya mendatangkan instruktur pelatih Sepak Bola kenamaan Indonesia, Hanafing dalam memberikan edukasi pada pola latihan khas Liga 2.
Tak cukup sampai di situ, manajemen pun berusaha memberikan gaji yang layak kepada pemain, staf, pelatih, serta official untuk ukuran pemain klub liga amatir. Dukungan matia-matian manajemen agar skuad Persipal bisa menikmati masa persiapan di pulau Jawa dengan nyaman juga menjadi perhatian serius. Hotel bintang empat di Yogyakarta dan Tasikmalaya menjadi tempat istirahat pemain dan official. Bahkan sebuah bus besar yang dibuat khusus untuk Persipal kini menjadi transportasi tim selama di pulau Jawa.
Melihat dukungan seribu persen manajemen, maka sepak terjang Persipal tahun ini di Liga 3 nasional bak melihat tim Liga 2 bahkan Liga 1. Namun secara kualitas tim kemampuan pemain-pemain Persipal dalam memainkan taktikal yang diberikan coach Yusuf Mardani dan asistennya belum mendekati level seperti yang diinginkan direktur teknik, Hanafing.
“Pemain kita sebenarnya punya kemampuan namun belum mendekati gaya permainan Liga 2 . Inilah yang harus kita ubah. Memang butuh waktu untuk melihat game play anak-anak yang bisa mendekati gaya main Liga 2. Makanya dalam setiap latihan saya selalu tekankan tri momen Sepak Bola , yakni menyerang, bertahan dan transisi. Nah, kalau ini sudah bisa dilakukan , tinggal memperbaiki cara passing dan kontrol, clear,” ujar Hanafing .
Sementara itu manajer tim Persipal, Jely Rompas mengakui keinginan manajemen untuk melihat Persipal tampil di Liga 2 sangat besar.
“Ekspektasi kami sejak dari awal membangun kembali Persipal Palu ini adalah tampil di level atas Sepak Bola nasional dan memang itu tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kami bersyukur ada orang-orang baik di belakang tim Persipal ini yang mau memberikan supportnya seribu persen,” terang Bunda, panggilan Jely Rompas.
“Kompetisi Liga Asprov 2021, ibaratnya kami mulai belajar berjalan lagi setelah terakhir Persipal ini tampil di putaran nasional Liga 3 tahun 2016 dan lolos sampai babak delapan besar. Tidak harus saling menyalahkan kalau kami gagal di putaran nasional tahun ini. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa Persipal tahun ini semuanya serba baru. Sembilan puluh persen pemain-pemain muda bahkan banyak yang belum pernah merasakan kerasnya berkompetisi di level nasional,” lanjut Bunda.
“Kita mencoba mulai dengan hal-hal yang baru dalam manajemen tim tahun ini. Merekrut pelatih-pelatih lokal berpengalaman bahkan sampai mendatangkan instruktur pelatih nasional yang mengawal kami selama berkompetisi termasuk mengajak bergabung mantan pemain Persipal sebagai penasihat taknis, adalah salah satu langkah bijak yang memang diinginkan pak Rusdy Mastura sebagai ketua umum kami,” tandasnya.
Di satu sisi, Ketua Harian Persipal Palu, Ronny Tanusaputra menilai kegagalan menembus Liga 3 menjadi pelajaran berharga manajemen tim.
“Semua ini jadi pelajaran, dan kita harus tingkatkan latihan. Karena memang Persipal beberapa tahun terakhir vakum di Liga 3 dan kali ini baru lolos ke Liga 3 Nasional. Kalah menang dalam kompetisi itu lumrah dan biasa terjadi . Dan kita harus berbenah bahwa kita harus berlatih lagi. Tak perlu kita saling menyalahkan yang penting harus introspeksi diri,” ucap Rony.*