PALU, MERCUSUAR– Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur 2025 yang digelar di Mamuju, Sulawesi Barat, resmi berakhir pada Selasa (12/11/2025). Dari total 600 pecatur terbaik yang tampil dari berbagai provinsi, tim Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Sulawesi Tengah menurunkan 20 atlet di berbagai kelompok usia mulai dari junior, umum, wanita, hingga veteran.
Meski belum berhasil menyumbang medali, salah satu wakil Sulteng asal Kabupaten Buol, Djoni Hatimura mampu menembus 10 besar kategori veteran nasional.
“Syukur Alhamdulillah, saya bisa masuk 10 besar meski dengan segala keterbatasan. Ini hasil perjuangan pribadi dan swadaya penuh dari kami di daerah,” ujar Djoni Hatimura yang juga dikenal sebagai Singa Parlemen asal Buol, dalam rilis yang diterima redaksi, Kamis (13/11/2025).
Djoni menambahkan, Kejurnas Catur menjadi ajang bergengsi tingkat nasional karena selain memperebutkan medali, para juara juga berpeluang meraih gelar kehormatan Master Nasional (MN) dari PB Percasi.
Namun di balik prestasi itu, muncul kekecewaan mendalam dari para pecatur dan pengurus cabang (Pengcab) Percasi se-Sulteng. Pasalnya, seluruh atlet dikabarkan berangkat tanpa dukungan dana dari Pengurus Provinsi maupun Pemerintah Provinsi.
“Bahkan saat Kejurda Catur di Poso 2025 pun, tidak ada bonus atau hadiah sedikit pun bagi atlet berprestasi. Semua murni dari usaha sendiri dan dukungan pemda kabupaten,” ungkap, Haerun Hase , Ketua Percasi Sulteng kepada Mercusuar, Kamis (13/11/2025).
Menurut Haerun kondisi tersebut kontras dengan provinsi lain seperti Gorontalo yang sukses merebut enam medali emas di Kejurnas dan empat gelar Master Nasional. Haerun Hase menilai pengurus provinsi Sulteng tidak menjalankan tanggung jawabnya.
“Kami kecewa dengan Ketua Percasi Sulteng. Menurut kami, beliau tidak punya tanggung jawab terhadap atlet dan organisasi. Habibi tidak pantas lagi memimpin Percasi Sulteng,” tegas Haerun.
Haerun menyebut kekecewaan itu juga memunculkan desakan dari sejumlah pengcab untuk melakukan evaluasi dan meminta pengurus provinsi diganti, agar ke depan Percasi Sulteng bisa lebih solid dan profesional dalam membina atlet.
Meski demikian, di tengah segala keterbatasan, pengcab-pengcab di daerah tetap menunjukkan semangat dengan mengirim peserta kursus pelatih dan wasit nasional secara swadaya. Tercatat, Buol mengirim dua pelatih dan satu wasit, disusul Morowali, Parigi Moutong, Donggala, dan Kota Palu yang masing-masing mengirim satu wakil.
“Ini bentuk komitmen kami agar pembinaan catur di daerah tidak mati,” pungkas Djoni Hatimura yang berharap pada Kejurnas 2026 di Banten nanti, Sulteng sudah memiliki pengurus provinsi yang kredibel dan peduli terhadap atlet. CLG







