Tiga Pilot Paralayang Sulteng Mendarat Darurat

paralayang

PALU, MERCUSUAR – Ketua Paralayang Sulawesi Tengah, Asgaf Umar menjelaskan terkait latihan resmi atlit Paralayang Sulawesi Tengah di Salena yang harus melakukan pendaratan darurat di laut.  

Asgaf mengatakan bahwa latihan resmi dilaksanakan setia hari sabtu dan minggu dalam rangka persiapan menghadapi PON yang akan digelar pada Oktober 2021.

Setiap latihan sebelum para atlit (pilot) terbang, dilaksanakan prosedur yang ketat, antara lain mempertimbangkan kondisi cuaca, peralatan dan pilot. Kondisi pilot harus dalam keadaan sehat jasmani rohani.  

Kegiatan latihan pada Minggu (3/1/2021) dimana para pilot memulai terbang jam 07:00 pagi hingga 11:00 WITA dalam kondisi cuaca normal yang dilaksanakan beberapa kali shorti.

Kecepatan angin dalam kondisi normal, 5 sampai 8 kilomter per jam di tempat take off dan kecepatan angin di tempat pendaratan sekira 10 sampai 15 kilometer per jam, yang berarti masih dalam ambang batas kewajaran terbang.  

Shorti terakhir sekira jam 11 siang, terbang 6 pilot. Tiga diantaranya mendarat mulus di tempat resmi. Sementara tiga pilot lainnya (Ikal Rivaldi, Fernandes dan Windra Y) terpaksa mendarat darurat.

Kronologis pendaratan darurat ini, terjadi saat tiga pilot tersebut mendekati lokasi pendaratan, tiba-tiba angin kencang (gusty) datang mengganggu jalannya pendaratan.

 

Pilot yang sudah terbang rendah membuang ketinggian di sekitar Teluk Palu itu tidak bisa maju ke daratan. Akibanya dua pilot mendarat darurat di dekat pantai, sementara satu pilot (Windra Y) mendarat darurat di laut. 

Windra yang mendarat di laut, pada dasarnya mampu mengevakuasi dirinya sendiri dengan cara mengapung. Namun karena tim Paralayang Sulteng tidak memiliki peralatan perahu untuk melakukan evakuasi ke darat, maka dihubungilah Lanal Palu untuk membantu evakuasi Windra.  

“Kami berterimakasih kepada Lanal Palu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat kepada kami,” ujar Asgaf di Donggala, Senin (4/1/2021).

Asgaf menegaskan bahwa perstiwa yang dialami atlit paralayang itu, bukan jatuh karena adanya kesalahan prosedur, namun terjadi pendaratan darurat disebabkan angin yang tiba-tiba mengalami perubahan ke arah tidak normal.   

“Kalau disebut jatuh, berarti ada masalah di fisiknya minimal dia pingsan. Tapi dia mendarat sangat aman, hanya kondisinya di atas laut,” tutup anggota DPRD Donggala itu. HID

Pos terkait