Oleh: Mahbub
Dua periode menjabat, 2011 – 2016 dan 2016 – 2021 atau kurun waktu 10 tahun masa jabatan yang diemban Longki Djanggola sebagai Gubernur Sulawesi Tengah. 10 tahun bukanlah waktu yang singkat yang dijalani. Torehan prestasi dan banyaknya karya yang didapatkan untuk provinsi ini bukan menjadikannya berbangga diri alias jumawa. Longki tetaplah rendah hati, namun tetap bekerja dan karya untuk daerah dan rakyatnya.
Sejumlah penghargaan selama memimpin Sulteng, tak dapat disebutkan satu persatu. Banyaknya penghargaan yang diterima itu bukan dengan praktik lobi – lobi apalagi dibeli, tapi karena memang prestasinya yang tak terbilang.
Pertumbuhan ekonomi Sulteng sejak Longki Djanggola menjabat Gubernur terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga menjadi salah satu indikator keberhasilan kepemimpinannya adalah sektor ekonomi.
Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, berikut capaian dan keberhasilan Longki Djanggola selama 10 tahun memimpin Sulteng dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertama, pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2012 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 9,27 persen terhadap tahun 2011. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 naik dari 19.237 miliar tahun 2011 menjadi Rp21.019 miliar tahun 2012. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif.
Kedua, pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013, yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 9,38 persen terhadap tahun 2012. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2013 mencapai Rp 22.979 miliar, sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp21.008 miliar. Nilai PDRB Sulawesi Tengah pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 58.641 miliar, sedangkan pada tahun 2012 yang lalu mencapai Rp 51.106 miliar atau naik sebesar Rp 7.535 miliar.
Tiga, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada Triwulan III/2014 mencapai 3,48 persen (q to q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 6,58 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi triwulan I-III tahun 2014 apabila dibandingkan dengan Triwulan I-III tahun 2013 mencapai 4,45 persen (c to c). Nilai PDRB Triwulan III/2014 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 16.757 miliar, dan atas harga konstan 2000 mencapai Rp 6.117 miliar.
Empat, perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan IV-2015 mencapai Rp 28.988 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 22.257 miliar.
Lima, ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2015 terhadap tahun 2014 (c-to-c) tumbuh 15,56 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 89,99 persen, adapun dari sisi pengeluaran terjadi pada komponen Impor yang tumbuh 281,67 persen.
Enam, ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2016 tumbuh 9,98 persen, mengalami perlambatan dibanding tahun 2015 sebesar 15,52 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 35,12 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Luar Negeri.
Tujuh, ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017 (c-to-c) tumbuh 7,14 persen, melambat dibandingkan tahun 2016 sebesar 9,98 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,18 persen.
Delapan, ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 (c-to-c) tumbuh 6,30 persen, melambat dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,37 persen.
Sembilan, ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah triwulan II-2019 tumbuh 6,62 persen lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan II-2018 (y-on-y) yang sebesar 6,20 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial sebesar 19,11 persen.
Sepuluh, ekonomi Sulteng triwulan III 2020 tumbuh 2,82 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2020, yakni -0,06 persen (yoy). Dari sisi sektoral, meningkatnya perekonomian Sulteng disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, pertambangan, pertanian dan relatif membaiknya perkembangan sektor lainnya.
Dan sebelas, ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I tahun 2021 jika dibandingkan triwulan I tahun 2020 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,26 persen melambat jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,88 persen.
Dikutip dari sejumlah sumber, Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi mengemukakan pertumbuhan ekonomi Sulteng yang terus meningkat tersebut sudah menyelamatkan wajah Indonesia di mata internasional. Sebab, di tengah kondisi global dilanda pandemi Covid-19, ekonomi dunia terjun bebas, tetapi ekonomi Indonesia justru meningkat.
Di mana pertumbuhan ekonomi itu dibuktikan dengan adanya ekspor selama April 2021. Nilai ekspor Sulteng sebesar US$ 956,58 Juta yang didominasi oleh sektor pertambangan nikel.
Namun demikian, pada satu kesempatan, Gubernur Longki tak merasa bangga akan tingginya nilai ekspor tersebut. Pasalnya hasil pembagian yang dikembalikan ke daerah dari nilai ekspor tidak seperti yang diharapkan. Dana bagi hasil tidak sesuai kenyataan. Sudah begitu, kita harus mengemis ke pemerintah pusat. Begitu diberikan, malah dicicil. Ini yang harus dibenahi dan menjadi catatan penting, serta pekerjaan rumah ke depan bagi kepemimpinan Rusdy Mastura – Ma’mun Amir di Sulteng.
Catatan dan pekerjaan rumah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Rusdy – Ma’mun, tetapi menjadi tanggung jawab kita semua selaku masyarakat Sulteng yang mendiami daerah ini ***
*Penulis adalah wartawan Mercusuar