Oleh: Gazali, S.H.I.,MM
(Dosen Universitas Muhammadiyah Palu)
Iman tidak bisa disandingkan dengan kata percaya, sebab kata percaya, disandarkan pada hal-hal yang dilihat dan dirasakan. Tetapi iman, adalah sebuah manifestasi dari keyakinan sesuatu yang tidak terlihat, bahkan tidak dapat dirasakan dan disentuh.
Karena percaya adalah ranah logika, sedangkan iman ranahnya hati. Percaya bersifat fisik, sedangkan iman bersifat metafisik, percaya adalah persoalan intelektualitas, sedangkan iman adalah soalan spritualitas. Percaya bisa ditempuh dengan riset ilmiah, tetapi iman, melalui hidayah dan petunjuk dari-Nya.
Iman dapat digambarkan sepertinya sebuah patahan besar memanjang, yang melintas di bawah Kota Palu, sebagai ibu kota Sulawesi Tengah. Jika digambarkan secara gamblang, bahwa kondisi Kota Palu, cukup mengerikan, karena semua manusia yang di atasnya, setiap saat akan menerima musibah gempa bumi dan tsunami yang cukup dahsyat.
Pada tanggal 18 September 2018 silam, Kota Palu dan sekitarnya, diguncang gempa bumi dan digulung ganasnya tsunami, sebagai bukti ganasnya hidup di patahan. Namun sampai hari ini, jumlah penduduk di Kota Palu bukan berkurang, bahkan terus bertambah, kenapa tidak ada rasa takut akan terjadinya bencana di atas Sesar Palu Koro?
Hal itu terjadi, karena kita mengimani, bahwa semuanya sudah diatur oleh Allah SWT, dan atas kehendak-Nya. Maka kemudian, semua perintah ibadah di dalam Al-Qur’an, hanya ditekankan kepada manusia yang beriman saja. Sebab ibadah menyangkut soal keyakinan akan hadirnya Allah SWT, beserta imbalan yang akan diterima di akhirat kelak. ***