Deep Talk dalam Praktik Sosiologi

Oleh: Indah Ahdiah

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) saat ini mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning dalam sistem pendidikan nasional. Sebagai suatu program yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar para siswa, deep learning perlu dipahami, dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu yang relevan. Salah satunya oleh sosiologi, yang mengkaji fenomena sosial berupa interaksi (kontak dan komunikasi) atau relasi sosial. Durkheim menyatakan bahwa gejala sosial yang disebut sebagai fakta sosial adalah objek kajian sosiologi.

Konsep deep learning ditegaskan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, bukan kurikulum tapi pendekatan pembelajaran, dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, mempersiapkan siswa menghadapi tantangan zaman, dan mendukung mutu pendidikan Indonesia.

Sebagai pendekatan pembelajaran, sosialisasi tentang deep learning terus dilakukan dalam ruang-ruang belajar di sekolah. Sebagai fakta sosial, deep learning coba dipraktikkan oleh tim pengabdian pada masyarakat di program studi sosiologi mencoba menggunakan dengan cara deep talk pada siswa Madrasah Aliyah Putri ‘Aisyiyah Kota Palu. Langkah tersebut dilakukan berdasar pemikiran mengacu pada salah satu tokoh yaitu Paulo Freire, seorang tokoh yang biasa pemikirannya digunakan dalam bidang sosiologi pendidikan atau pengembangan masyarakat berdasar penguatan kesadaran.

Pemikiran Paulo Freire menyatakan konsep ‘Kesadaran naif’, yakni masyarakat memiliki kesadaran dan sudah bisa memahami adanya permasalahan sosial yang terjadi di lingkungannya, namun belum sepenuhnya bisa memberikan solusi.

Berdasar pertimbangan itu, menjadi alasan menggunakan cara deep talk pada siswa Madrasah Aliyah Putri ‘Aisyiyah Kota Palu. Dalam deep talk, ada proses komunikasi yang mendalam dilakukan. Sosiologi menempatkan komunikasi sebagai salah satu syarat terjadinya interaksi sosial. Seperti diungkapkan salah satu sosiolog asal Amerika Charles P Loomis, bahwa komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial merupakan salah satu ciri interaksi sosial.

Deep talk adalah percakapan yang bermakna dapat membantu kita memahami diri sendiri dan orang-orang di sekitar dengan lebih baik. Saling memahami atau saling menghargai perbedaan dalam kelompok masyarakat merupakan harapan banyak orang. Sarana saling memahami itu ada dalam komunikasi. Membangun percakapan yang baik dapat membantu seseorang dalam bersosialisasi.

Bagi siswa tingkat SMA, kebutuhan mendapat kontak sosial dan ruang berkomunikasi dari guru, orang tua atau kelompok orang tua lainnya, akan memberi rasa percaya diri dan selanjutnya mampu memiliki motivasi berprestasi. Namun tidak semua siswa mendapat kesempatan yang sama dalam menerima kontak sosial dan komunikasi yang berkemajuan atau memotivasi. Seperti yang terjadi pada siswa Madrasah Aliyah Putri ‘Aisyiyah Kota Palu, mereka sebagian besar bertempat tinggal di Panti Asuhan, kekurangan kesempatan bercerita mendalam pada keluarga tentu sangat terbatas.

Melalui deep talk, sekalipun tidak dalam waktu lama, siswa dapat terbuka bercerita tentang asa dan upaya yang ingin dicapai. Mereka merasa dihargai ketika mengungkapkan perasaan sedih atau gembira. Bagi sosiolog, praktik deep talk menguatkan praktik pengetahuan tentang empati sebagai faktor interaksi sosial. ***

Penulis adalah dosen prodi Sosiologi Universitas Tadulako

Pos terkait