Ekonomi Sulteng Terus Tumbuh, Bisakah Kemiskinan Diturunkan?

Oleh: Mohamad Rivani, S.IP, MM

Di tengah ketidakpastian ekonomi dunia yang semakin sulit dan kompleks, ternyata ekonomi Sulawesi Tengah masih bisa sukses tumbuh sebesar 9.89 persen di tahun 2024 dan tumbuh sebesar 10,29 persen pada triwulan IV 2024 dibanding periode yang sama tahun 2023 secara (y-on-y). Pertumbuhan ekonomi Sulteng yang tinggi ditopang oleh seluruh lapangan usaha yang diklasifikasikan sebanyak 17 lapangan usaha.

Dari rilis Badan Pusat Statistik sulteng pada Rabu (5/2/2025) terlihat bahwa 3 lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu pertama Industri Pengolahan yang tumbuh sebesar 19,12 persen disusul Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 11,48 persen dan dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,58 persen. Dari angka di atas menandakan geliat ekonomi di sulteng terus mengalami tren positif dari waktu ke waktu.

Secara struktur PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, di sulteng masih didominasi oleh lima lapangan usaha yaitu, Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 41,18 persen; diikuti oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 15,80 persen; Pertambangan dan Penggalian sebesar 14,64 persen; Konstruksi sebesar 8,32 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,77 persen. Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Sulawesi Tengah mencapai 85,72 persen.

Jika merujuk pada struktur PDRB Indonesia, maka akan didapati kesamaan pada lapangan usaha utama yang secara struktur PDRB menurut lapangan usaha paling besar yaitu industri pengolahan yang secara nasional menyumbang 18,98 persen.

Ekonomi sulteng tidak hanya tumbuh sebatas pada lapangan usaha, disisi lain ekonomi Sulteng juga terus mengalami tren positif dari sisi pengeluaran. Tercatat pertumbuhan PDRB dari sisi pengeluaran terdapat pada semua jenis pengeluaran. Dan pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran diperoleh dari ekspor barang dan jasa sebesar 18,87 persen.

Pada rilis tanggal 3 Februari 2025 yang lalu BPS sulteng mencatat bahwa nilai ekspor yang melalui Sulteng dari Januari – Desember 2024 sebesar US$21.236,86 juta. Nilai ekspor Sulteng terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika ditelisik lebih dalam terdapat 3 komoditas yang mendominasi ekspor sulteng tahun 2024 yaitu, kelompok besi dan baja yang mendominasi pangsa ekspor senilai US$13.629,79 juta atau 63,88 persen, bahan bakar mineral senilai US$3.406,67 juta atau 15,97 persen, dan nikel senilai US$3.170,49 juta atau14,86 persen. Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor yang paling utama Sulteng tahun 2024.

Tercatat ekspor Sulteng Januari – Desember 2024 senilai US$8.593,92 juta,disusul Taiwan senilai US$2.221,47 juta, kemudian India senilai US$2.021,45 juta, Vietnam senilai US$1.385,71 juta, dan Korea Selatan senilai US$1.105,80 juta. Berdasarkan kontribusinya, ekspor ke lima negara tujuan tersebut meliputi Tiongkok 40,28 persen, Taiwan 10,41 persen, India 9,47 persen, Vietnam 6,49 persen, dan Korea Selatan 5,18 persen.

Jika melihat angka pertumbuhan ekonomi Sulteng pada tahun 2024 yang terus tumbuh positif, tentunya kita berharap akan membawa kesejahteraan pada masyarakatnya, pertanyaan yang timbul kemudian adalah, apakah kemiskinan Sulteng dapat terus diturunkan? Mari kita lihat faktanya. Pada tahun 2024 BPS Sulteng mencatat kemiskinan di sulteng sebesar 11,04 persen lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional yang berada di angka 8,57 persen. Akan tetapi angka 11,04 persen tersebut sudah lebih baik dari pengukuran kemiskinan maret 2024 yang berada di angka 11,77 persen. Kenapa kemiskinan Sulteng terus menurun, hal ini disebabkan oleh banyaknya program pemerintah yang tepat sasaran sehingga Masyarakat dapat merasakan dampak dari kebijakan yang pro rakyat, sebut saja pelatihan kerja, KUBE, Layanan Kesehatan dan Pendidikan gratis serta program lainnya dari pemerintah pusat semisal PKH.

Di samping itu keberhasilan pemerintah dalam menurunkan kemiskinan di Sulteng dapat kita lihat dan ukur dari indikator makro lainnya seperti Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu pendekatan mengukur Tingkat kesejahteraan petani. Tercatat NTP sulteng januari 2025 sebesar 121,83, naik 2,98 persen dari Desember 2024. Di sisi lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga naik dalam tiga tahun terakhir. Tercatat IPM Sulteng tahun 2022 sebesar 71,01 kemudian naik menjadi 71,66 di tahun 2023 dan terakhir pada tahun 2024 naik menjadi 72,24. Investasi di sulteng juga terus mengalami kenaikan walaupun kita tahu tidak semua masyarakat menikmatinya akan tetapi paling tidak bisa menyentuh masyarakat Sulteng lainnya.

Kalau dilihat dari tahun ke tahun investasi Perusahaan industri pengolahan khususnya di Morowali terus naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 nilai investasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebesar Rp. 147 Triliun dan hingga akhir tahun 2024 naik menjadi Rp. 554 Triliun secara kumulatif dari tahun 2015-2024.

Besarnya nilai investasi dan bagi hasil yang diterima negara dan daerah sudah tentu dapat memberikan dampak pada peningkatan perputaran ekonomi terutama di Sulteng yang pada akhirnya juga memberikan kontribusi positif pada naiknya fiskal daerah untuk pembiayaan program-program pro rakyat dan berujung pada naiknya kesejahteraan rakyat.

***Penulis adalah Pegawai BPS Kab Donggala, Pemerhati Masalah Sosial dan Ekonomi Sulawesi Tengah.

Pos terkait