Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur*
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami meluluh lantakkannya (negeri itu). Dan berapa banyak kaum setelah Nuh yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS Al-Isra [17]: 16-17)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, tidaklah Allah Ta’ala menghancurkan suatu bangsa, kecuali Dia terlebih dahulu mengirim orang-orang untuk memberi peringatan, agar para pemimpin menegakkan keadilan, berbuat ketaatan, dan menghentikan segala bentuk kemaksiatan dan kedzaliman.
Namun, jika para penguasa tetap berbuat dzalim, mereka terus-menerus melakukan kedurhakaan dan kerusakan, sementara peringatan tidak dihiraukan, maka saat itulah berlaku ketetapan Allah, yakni kehancuran negeri tersebut.
Kehancuran bisa terjadi dengan berbagai cara. Jika umat terdahulu dihancurkan dengan bencana alam seperti: hujan badai dan banjir bandang, sebagaimana yang ditimpakan pada kaum Nabi Nuh Alaihi salam atau gempa bumi dan likuifaksi seperti yang menimpa kaum Nabi Luth Alaihi salam.
Kehancuran juga bisa terjadi karena wabah penyakit menular, pandemi dan lainnya seperti yang terjadi pada kaum Nabi Hud, Shaleh, Musa Alaihimus salam dan nabi-nabi lainnya. Kehancuran juga bisa terjadi karena diserang musuh seperti yang terjadi pada Bani Israil dan Babilonia.
Sementara menurut Abu Ubaidah dan Ibnu Qutaibah, kata amarnaa bermakna “Kami perbanyak”, maka arti ayat tersebut: “jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perbanyak orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, lalu mereka berbuat kefasikan…dan seterusnya.”
Kondisi Israel Saat ini
Mencermati kondisi wilayah Israel saat ini, terutama pasca serangan “Badai Al-Aqsa” oleh para pejuang Palestina di Gaza, keadaannya semakin buruk dan mengarah kepada kehancuran.
Terlebih, setelah gugurnya Ismail Haniyeh di Iran yang diduga kuat merupakan skenario dari Israel, maka masyarakat yang tinggal di Ibu Kota Tel Aviv dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan serangan balasan dari Iran.
Kecemasan dan kekhawatiran mereka setidaknya terlihat jelas dari para pejabat tinggi Israel yang saat ini terjebak dalam situasi dilema, saling menghujat, tanpa meperdulikan kondisi sosial dan ekonomi rakyatnya.
Anggota Knesset (parlemen) Israel Benny Gantz telah mengatakan bahwa Benjamin Netanyahu tidak akan melindungi warga Israel. Ia hanya ingin menjalankan kepentingan pribadi, menyelamatkan diri dan keluarganya saja.
Benny Gantz memprediksi, sebentar lagi, cepat atau lambat, disadari atau tidak, Israel akan mengalami perang saudara.
Di sisi lain, surat kabar Amerika The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, mengutip sumber-sumber terpercaya di Israel, bahwa masyarakat dan para pimpinannya saat ini berada pada level kecemasan tertinggi, yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Laporan tersebut juga mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin yang mengatakan bahwa Iran pasti akan melakukan serangan besar ke Israel untuk membalas kematian pemimpin Palestina Ismail Haniyeh yang terbunuh di wilayah kedaulatan mereka.
Selain menghadapi ancaman dari luar negerinya. Israel juga mengahadapi masalah internal yang sangat serius. Mulai dari masalah kehancuran ekonomi, politik, keamanan, ketidakpercayaan rakyat kepada pemimpinnya dan sederet masalah krusial lainnya.