Oleh: Temu Sutrisno
Sumbangan bagi para korban bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terus mengalir dari berbagai penjuru negeri. Setiap bantuan yang diberikan, baik berupa dana, logistik, tenaga, maupun doa, menjadi bukti bahwa rasa kemanusiaan di Indonesia tidak pernah padam.
Ketika saudara sebangsa dilanda kesulitan, masyarakat bergerak spontan, menunjukkan bahwa gotong royong dan empati adalah jati diri yang melekat kuat dalam karakter bangsa.
Respons cepat dan sigap masyarakat bukanlah hal baru. Sejak dahulu, semangat kebersamaan menjadi pilar sosial yang membedakan Indonesia dari banyak bangsa lain. Ketika bencana terjadi, tak perlu menunggu komando, warga dari berbagai latar belakang bersatu, saling menguatkan, dan bahu-membahu mengatasi kondisi darurat. Inilah watak bangsa yang sesungguhnya. Peduli, tangguh, dan tidak membiarkan ada yang tertinggal dalam gelombang penderitaan.
Namun, semangat luhur ini tidak boleh berhenti hanya pada masa krisis. Gotong royong harus terus dirawat agar menjadi budaya yang tak terkikis oleh zaman. Di tengah arus modernisasi yang kerap mendorong individualisme, perlu ada upaya bersama untuk menjaga dan memperkuat nilai kepedulian sosial. Pendidikan karakter, kegiatan komunitas, serta budaya tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari harus terus dipupuk agar tidak hanya muncul saat bencana, tetapi juga menjadi kebiasaan yang hidup di tengah masyarakat.
Di balik sikap sigap sesama anak bangsa, ada tanggung jawab besar yang tak boleh diabaikan, penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang merusak alam.
Banyak bencana yang terjadi bukan semata akibat faktor alam, melainkan juga ulah manusia yang menggunduli hutan, mengabaikan tata ruang, atau mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Oleh karena itu, penegakan hukum harus dilakukan tanpa pandang bulu. Siapa pun yang terbukti berkontribusi pada kerusakan lingkungan harus dimintai pertanggungjawaban, agar tragedi serupa tidak kembali terulang.
Kita perlu membangun kesadaran bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari gotong royong itu sendiri, gotong royong dengan generasi yang akan datang. Selain membantu korban saat bencana, bangsa ini juga perlu mencegah agar bencana tidak terjadi lagi akibat kelalaian atau keserakahan.
Ke depan, kita berharap tidak ada lagi duka yang menguras air mata. Semoga solidaritas yang mengalir saat ini menjadi pondasi untuk membangun bangsa yang lebih siaga, lebih adil, dan lebih peduli terhadap alam. Sebab bangsa yang kuat bukan hanya bangsa yang mampu bangkit dari bencana, tetapi juga bangsa yang mampu mencegahnya. ***
Penulis adalah Wartawan Utama Mercusuar-Trimedia Grup






