Oleh: Dr. Kamridah, M.Th.I (Ketua Jurusan aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Datokarama Palu)
Setiap 17 Agustus, Indonesia kembali berpakaian merah putih. Dari ujung Sabang hingga Merauke, bendera berkibar, lagu kebangsaan berkumandang, dan semangat nasionalisme kembali menyala. Namun tahun ini, ada yang berbeda dalam cara bangsa ini merayakan kemerdekaannya.
Di era digital ini, perayaan kemerdekaan tak lagi terbatas pada upacara bendera di lapangan atau perlombaan tradisional di kampung. Media sosial dibanjiri foto-foto berkostum merah putih, video upacara dari berbagai sudut negeri, dan hashtag patriotik yang trending di platform digital. Generasi muda yang akrab dengan smartphone justru menunjukkan kreativitas baru dalam mengekspresikan rasa cinta tanah air.
Fenomena ini sebenarnya mencerminkan evolusi alamiah dari cara kita memahami dan merayakan kemerdekaan. Jika dahulu kemerdekaan dirayakan secara kolektif di ruang publik, kini setiap individu memiliki “panggung digital” untuk mengekspresikan nasionalisme mereka.Namun, di balik euforia digital ini, muncul paradoks yang menarik untuk dicermati. Di satu sisi, teknologi memungkinkan kita merayakan kemerdekaan dengan cara yang lebih inklusif dan kreatif. Orang yang tak bisa hadir di upacara fisik tetap bisa berpartisipasi melalui live streaming. Diaspora Indonesia di luar negeri dapat merasakan kehangatan perayaan melalui konten digital yang dibagikan.
Di sisi lain, kita juga menyaksikan bagaimana kemerdekaan digital justru kadang membuat kita terjebak dalam “penjajahan” baru – ketergantungan pada platform asing, hoaks yang meracuni persatuan, dan polarisasi yang mengikis semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Pertanyaan mendasar kemudian muncul: apakah makna kemerdekaan telah berubah di era digital ini? Pengamatan menunjukkan bahwa esensi kemerdekaan tetap sama – kebebasan dari penjajahan, kedaulatan atas nasib sendiri, dan persatuan dalam keberagaman. Yang berubah adalah medium dan cara kita mengekspresikannya. Jika para founding fathers memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, generasi hari ini memproklamasikannya kembali melalui berbagai platform digital.
Menariknya, perayaan 17 Agustus tahun ini juga memperlihatkan bagaimana tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Perlombaan makan kerupuk tetap ada, namun kini didokumentasikan dengan kamera ponsel dan dibagikan ke seluruh dunia. Upacara bendera tetap khidmat, namun kini disaksikan jutaan mata melalui layar digital.
Namun, perayaan kemerdekaan di era digital ini juga mengingatkan kita pada tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi bangsa ini. Kemerdekaan politik yang diraih 79 tahun lalu kini harus dilengkapi dengan kemerdekaan digital, kemerdekaan ekonomi, dan kemerdekaan berpikir.
Bagaimana kita memastikan bahwa teknologi yang kita gunakan untuk merayakan kemerdekaan tidak justru memperbudak kita? Bagaimana kita mempertahankan nilai-nilai Pancasila di ruang digital yang sering kali tanpa batas dan aturan? Bagaimana kita memastikan bahwa semangat gotong royong tetap hidup di era individualisme digital?
Perayaan 17 Agustus tahun ini memberikan kita cermin untuk merefleksikan perjalanan bangsa ini. Kita telah berhasil melewati berbagai badai sejarah – dari perjuangan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, hingga reformasi. Kini, kita menghadapi tantangan baru: bagaimana tetap merdeka dan bersatu di era digital.
Jawabannya mungkin terletak pada kemampuan kita untuk terus beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Seperti bendera merah putih yang tetap berkibar meski angin berubah arah, nilai-nilai kemerdekaan harus tetap tegak meski zaman terus berubah.
Perayaan kemerdekaan bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan momentum untuk mengevaluasi dan memperbarui komitmen kita terhadap Indonesia. Di era digital ini, kemerdekaan bukan lagi sekadar bebas dari penjajahan fisik, melainkan juga bebas dari belenggu digital, hoaks, dan perpecahan.
Mari kita jadikan setiap 17 Agustus sebagai reminder bahwa kemerdekaan adalah proses yang tidak pernah selesai – sebuah perjuangan berkelanjutan untuk membangun Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera untuk semua.