Oleh: Muh. Amin Parakkasi
Hajatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah melalui Pilkada serentak tahun 2024 adalah ikhtiar untuk memilih pemimpin yang terbaik. Tiga pasang putra-putri terbaik Sulawesi Tengah kini sedang berjuang untuk meyakinkan masyarakat Sulawesi Tengah, dengan menawarkan program terabaik untuk kemaslahatan rakyat.
Berikhtiar adalah sebuah keniscayaan untuk menjemput takdir. Kita tidak boleh mendahului takdir. Semua pihak harus menanamkan sikap mental positif, bahwa siapa yang terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, maka dia lah yang punya takdir.
Takdir politik sangat misterius. Adakalanya rasional, ada kalanya tidak rasional bahkan sering ada mitos. Perjalanan Pilkada di Sulawesi Tengah tidak terlepas dari mitos politik dan rasional politik. Pilgub tahun ini juga bisa dikaitkan mitos dan rasional politik. Setidaknya ada dua mitos politik dan rasional politik yang akan mengiringi perehalatan Pilgub Sulawesi Tengah.
Pertama, Mitos Petahana (Incumbent). Rusdy Mastura sebagai calon incumbent ditantang oleh mantan tim sukses pada Pilgub sebelumnya, Ahmad M. Ali memiliki peran penting memperjuangkan Bung Cudi (sapaan akrab Cudy) untuk menjadi Gubernur. Ahmad M. Ali adalah garda terdepan dalam barisan tim sukses. Ahmad Ali akhirnya dengan meyakinkan turut membawa Rusdy Mastura menang mutlak pada Pilkada tahun 2020 lalu.
Pada Pilgub kali ini, Ahmad M. Ali tidak lagi menjadi tim sukses Cudy, bahkan menjadi saingan. Jadilah mantan tim sukses melawan incumbent. Kejadian ini persis dengan perjalanan Pemilihan Bupati (Pilbup) Morowali beberapa tahun yang lalu. Pada tahun 2008, Ahmad M. Ali adalah inisiator sekaligus tim sukses Anwar Hafid untuk maju sebagai calon Bupati Morowali. Anwar Hafid sukses menjadi Bupati Morowali periode 2008-2013. Lalu, pada Pilkada 2013, Anwar adalah calon incumbent. Ahmad Ali tidak lagi menjadi tim sukses, tetapi memilih untuk ikut bertarung melawan Anwar Hafid. Takdir berpihak kepada incumbent Anwar Hafid untuk kedua kalinya. Ahmad M. Ali kalah.
Jika peristiwa pada Pilbup Morawali menjadi mitos pada Pilgub tahun ini, maka Ahmad M. Ali akan kalah, dan incumbent Rusdy Mastura akan menang.
Kedua, Mitos Bola Muntah. Pilgub Sulawesi Tengah tahun 2006 diikuti empat pasang calon, masing-masing Calon Gubernur adalah Aminudin Ponulele, H. Bandjela Paliudju, Ruly Lamadjido, dan M. Yusuf Paddong. Pada masa kampanye, ada dua calon yang saling menyerang, keduanya masing-masing merasa saingan ketat, yaitu Aminuddin Ponulele sebagai incumbent sangat mewaspadai Ruly Lamadjido. Sebaliknya, Ruly Lamadjido berjuang mati-matian untuk mengalahkan Aminuddin Ponulele. Sementara calon lain seakan tidak diperhitungkan.
Hasil akhir Pilgub tersebut ternyata takdir memihak kepada H. Bandjela Paliudju. KPU menetapkan kemenangan pasangan Bandjela Paliudju-Ahmad Yahya. Pasangan ini seakan menerima ‘bola muntah’ dari perseteruan sengit dua kandidat lain.
Jika mitos ini terjadi di Pilgub 2024, maka Anwar Hafid akan menerima bola muntah dari perseteruan sengit antara Rusdy Mastrua dan Ahmad M. Ali. Pasangan nomor urut satu dan tiga yang merasa bersaing ketat, bisa tumbang kedua-duanya, lalu pasangan nomor urut 2, Anwar Hafid-Reny Lamadjido yang menang.
RASIONALITAS DUKUNGAN PARTAI
Pada Pilkada serentak tahun ini, ada tiga pasang calon Gubernur dan Wakil Sulawesi Tengah yang bertarung. Masing-masing Ahmad M. Ali dan Abdul Karim Aljufri (nomor urut 1) dengan tagline BERAMAL diusung delapan partai politik yakni Partai NasDem, PAN, PKB, Partai Golkar, Partai Gerindra, PPP, Partai Perindo, dan PSI. Gabungan capaian partai politik tersebut pada Pemilu 2024 lalu adalah 1.062.014 suara.
Selanjutnya, pasangan Anwar Hafid dan Reny A. Lamadjido (nomor urut 2) yang diusung tiga partai politik yakni Partai Demokrat, PKS dan PBB, yang pada Pemilu 2024 lalu meraih 340.299 suara. Pasangan ini dikenal dengan tagline BERANI.
Sementara, pasangan Rusdy Mastura dan Sulaiman Agusto Hambuako (nomor urut 3) yang menggunakan tagline SANGGANIPA, diusung gabungan empat partai politik dengan total raihan Pemilu 2024 sebanyak 272.089 suara. Partai politik pengusung Gubernur incumbent tersebut adalah Partai Hanura, PDI Perjuangan, Partai Buruh, dan Partai Ummat.
Melihat akumulasi raihan suara partai-partai politik pada Pemilu Legislatif tingkat Provinsi Sulteng tersebut, Ahmad M. Ali dan Abdul Karim Aljufri memiliki persentase raihan suara tertinggi, jauh meninggalkan akumulasi suara partai politik pengusung dua pasangan calon lainnya. Maka, secara rasionalitas dukungan partai politik, Ahmad M. Ali akan menjadi pemenang.
‘Ala kulli hal, Pilkada serentak tahun 2024 adalah sebuah ikhtiar demokrasi untuk menjemput takdir. Siapapun yang terpilih, dialah yang ditakdirkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah periode lima tahun mendatang. Sebelum ada pengumuman resmi, hendaknya kita jangan mendahului takdir. Kita berikhtiar mewujudkan Pilkada yang santun dan bertanggung jawab untuk demokrasi yang bermartabat. **
**Penulis adalah Ketua PW Muhammadiyah Sulteng