Miris, Seorang Warga Lima Tahun Tinggal di Bekas Kandang Babi

Seorang warga Desa Torue tinggal di bekas kandang babi, yang ditutupi papan dan seng bekas. FOTO: DOK. PRIBADI

PARIGI MOUTONG, MERCUSUAR – Salah seorang warga Desa Torue Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) terpaksa tinggal di kandang babi. Wayan Budayasa dan istrinya, Ni Made Darmihati, sudah menempati bekas kandang babi selama lima tahun, karena kondisi ekonomi yang kekurangan.

“Rumah kami roboh dan rusak parah. Karena kami tidak memiliki uang yang cukup, makanya akhirnya terpaksa bekas kandang babi kami bersihkan, untuk ditinggali bersama keluarga,” ujar Wayan Budayasa kepada Mercusuar, tengah pekan lalu.

Pengamatan Mercusuar, jangankan layak, karena memang sebuah kandang bukan tempat yang layak untuk ditinggali manusia, luasnya hanya berukuran 2×7,5 meter. Di dalamnya sudah terbagi menjadi kamar tidur, kamar mandi, ruang ganti. Serta di bagian depannya adalah dapur kecil.

Bangunan tersebut berdinding kayu, beberapa penggalan atap dari seng bekas. Parahnya, lantainya belum dilapisi semen, yang bisa berbahaya jika musim penghujan tiba, karena berpotensi hadirnya binatang melata serta sumber penyakit.

Yang lebih menyedihkan,  saat ini Wayan Budayasa mengalami gangguan saraf dan tidak bisa lagi bekerja berat. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan ringan seperti menjemur padi, menggiling kelapa, atau membantu istrinya membuat anyaman daun kelapa tempat sesajian.

Hasil penjualan anyaman berkisar antara Rp4.500 hingga Rp8.000 per buah. Uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pernah Terima Bantuan Cuma Sampai Fondasi

Sebelum tinggal di lokasi saat ini, Wayan Budayasa sekeluarga menumpang di rumah yang berdiri di atas tanah milik keluarga. Kini mereka tinggal di atas tanah pribadi seluas lebih dari enam are.

“Kami pernah menerima bantuan program bedah rumah pada 2015, namun pembangunan hanya sampai tahap fondasi. Setelah itu tidak ada kelanjutan,” kenang Wayan Budayasa.

Ia mengaku sudah beberapa kali menyerahkan data diri sesuai permintaan pihak pemerintah desa maupun relawan. Termasuk perwakilan dari berbagai pihak saat menjelang Pemilu. Namun, janji bantuan rumah tidak pernah terealisasi.

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Wayan Budayasa tidak lagi tercatat sebagai penerima sembako. Mereka hanya mendapatkan bantuan uang tunai sebesar Rp400 ribu setiap tiga bulan. MBH

Pos terkait