Kondisi SD Terpencil Siti Masyita Desa Toribulu, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) begitu memprihatinkan. Selain lokasi sekolah yang jauh, akses jalan pun rusak bahkan berlumpur serta kondisi sarana sekolah yang memprihatinkan.
Kepala SD Terpencil Siti Masyita Toribulu, Mahmud Maujud mengatakan, sekolah ini berada di Dusun V Sirombia, yang terletak di pegunungan dengan akses jalan yang memprihatinkan.
“Murid SD ini adalah warga Dusun 5 Sirombia, yang memang merupakan warga pegunungan di Toribulu. Tapi lokasi sekolah ini berada sekitar dua kilometer dari pemukiman warga, di mana jalan menuju sekolah mendaki, melewati hutan dan jurang serta berlumpur, ketika terguyur hujan. Dalam situasi musim hujan seperti saat ini, akses jalan menuju sekolah sudah pasti semakin berlumpur,” ungkap Mahmud, pekan lalu.
Meski demikian, ia begitu bangga dengan semangat para murid yang mau jalan kaki menuju sekolah demi bisa belajar. Tapi tidak seperti sekolah pada umumnya, murid SD itu belum berseragam dan bahkan belum mengenakan sepatu saat ke sekolah.
“Jangankan meminta anak-anak pakai seragam dan sepatu. Melihat mereka mau semangat jauh-jauh datang ke sekolah pun kami sudah sangat bersyukur. Kami belum mau meminta mereka berseragam dan bersepatu, kami hanya minta mereka mau tetap belajar,” sambungnya.
Kata dia, kondisi fisik sekolah pun tidak bisa disebut layak mengingat saat ini hanya bangunan darutat yang digunakan sebagai tempat para murid belajar. Mahmud mengaku bangunan sekolah yang sebelumnya telah rusak akibat gempa tahun 2018 dan angin puting beliung tahun 2020 lalu. “Kondisi sekolah sangat darurat, tapi Alhamdulillah masih bisa dipakai untuk anak-anak belajar,” singkatnya.
Melalui Mercusuar, Mahmud berharap aspirasi dan harapannya dapat didengar oleh Pemerintah Kabupaten Parmout dan bahkan Pemerintah Provinsi Sulteng. Menurutnya, masa depan pendidikan anak-anak di sana tifak boleh terabaikan hanya karena mereka tinggal di gunung.
“Mereka memang masyarakat gunung, tapi mereka tetap pantas dapat akses pendidikan yang layak. Biar bagaimana pun, mereka juga generasi penerus kita. Mana kita tahu mungkin kelak di antara mereka bisa menjadi pemimpin daerah atau orang sukses. Tapi kalau pelayanan pendidikan bagi mereka tidak layak, bagaimana bisa hal itu mereka wujudkan,” tandasnya.
Mahmud berharap pemerintah meluangkan waktu dan hati mereka untuk melihat kondisi nyata sekolah terpencil ini. Kemudian memberi perhatian nyata pula bagi para murid maupun sekolah.
“Harapan kami akses jalan ini dapat diperhatikan supaya kalau anak-anak ke sekolah tidak setengah mati lagi dan tidak perlu lagi menginjak lumpur. Penerangan juga perlu agar anak-anak bisa tetap belajar dengan adanya lampu,” tuturnya.
Ia pun secara khusus mengharapkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Parmout, untuk dapat meninjau kondisi sarana prasarana sekolah tersebut. “Mohon dari pihak dinas untuk kunjungi sekolah kami, kasihanilah anak murid kami,” tambahnya.
Walaupun situasinya begitu terbatas, Mahmud tetap memotivasi para murid agar terus semangat belajar dan memiliki cita-cita. “Lebih baik berbekal ilmu dibanding berbekal harta,” tutupnya. ***
Oleh: Misbah Hidayat (Wartawan Mercusuar)