TONDO, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) dengan dukungan Eurasia Foundation (EAF) kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS). Pelaksanaan GLS yang memasuki tahun keenam pada 2023 ini, sampai pada seri ke lima.
Seri ke lima dilaksanakan pada Jumat (24/3/2023) secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Seri kali ini menghadirkan Vice Rector IV for Cooperation, Research, and Post Graduate Universidade Oriental Timor-Lorosae, Dr. Ir. Anastasia Sri Endang Purwatiningsih Vong, M.Si.
Pada seri kali ini, Dr. Endang memaparkan mengenai Achievement of Indonesia and English Literacy as Part of Social Dimension, Measurement of Timor-Leste Sustainable Development Index atau Pencapaian Literasi Indonesia dan Bahasa Inggris sebagai Bagian dari Dimensi Sosial, Pengukuran Indeks Pembangunan Berkelanjutan Timor-Leste.
Pada awal pemaparannya, Dr. Endang memaparkan mengenai posisi Timor Leste dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Timor Leste merupakan salah satu dari 193 negara anggota PBB yang menandatangani kesepakatan Agenda 2030 (SDGs), pada 24 – 27 September 2015. Dalam Agenda 2030 ada 17 tujuan SDGs, di mana tujuan SDGs ke-4, yakni memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua. Kemudian tujuan SDGs ke-17, yakni memperkuat sarana implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan penguatan modal sosial, mengacu pada Road Map SDGs Timor Leste.
Dr. Endang memaparkan, dalam Indeks Pembangunan Berkelanjutan (IDP) Timor Leste, pengukuran untuk semua pembangunan berkelanjutan, terkait dengan kebutuhan dasar kehidupan penduduk, termasuk pendidikan dan literasi. Ada tiga hal menurutnya yang membuat literasi dalam bahasa Indonesia dan Inggris sangat penting bagi masyarakat Timor-Leste.
Pertama, pendidikan di Timor Leste bisa beradaptasi dengan tetangga terdekat Indonesia, penduduk Indonesia lebih dari 260 juta. Kedua, dapat beradaptasi dan mengikuti pendidikan di negara-negara ASEAN, termasuk pertukaran dosen, staf, mahasiswa, penelitian bersama di tingkat perguruan tinggi, sebagai budaya pendidikan ASEAN. Ketiga, dapat beradaptasi untuk tumbuh bersama di negara-negara ASEAN terkait pendidikan, bisnis, pariwisata, perdagangan, kesehatan, pertanian dan industri sejenis.
Untuk itu, menurut Dr. Endang, Pemerintah Timor Leste harus mereformasi hukum pendidikan agar lebih adaptif dengan situasi ASEAN. Kemudian, masyarakat dan pemangku kepentingan pendidikan di Timor Leste harus bekerja keras, untuk mencapai literasi multi bahasa dan masuk ke komunitas ASEAN dan komunitas dunia. JEF