LERE, MERCUSUAR — Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menggelar kuliah tamu bertema “Jaringan Maritim dan Islamisasi di Sulawesi” pada Sabtu (24/5/2025). Acara yang berlangsung di Laboratorium Terpadu SPI lantai 3 ini menghadirkan Dr. Abd. Rahman Hamid sebagai narasumber utama.
Dalam kuliah tamu yang dimulai pukul 09.00 WITA tersebut, Dr. Hamid menyampaikan pentingnya memahami sejarah Indonesia dari perspektif kemaritiman. Mengacu pada pemikiran sejarawan Adrian B. Lapian, ia menekankan bahwa sejarah nasional tanpa laut adalah narasi yang timpang.
“Kita adalah bangsa tanah-air, bukan hanya tanah,” ujar Hamid, mengutip istilah ‘Sejarah Tanah Air’ yang juga dipopulerkan Susanto Zuhdi.
Dr. Hamid memaparkan lima fakta maritim Indonesia — geografis, konseptual, hukum, sejarah, dan ingatan kolektif — sebagai landasan untuk memahami bagaimana jalur laut memainkan peran sentral dalam penyebaran Islam di kawasan Nusantara, khususnya Sulawesi. Ia menyoroti perubahan paradigma dari laut sebagai pemisah menjadi laut sebagai pemersatu pasca-ditetapkannya Deklarasi Djuanda tahun 1957.
Menggunakan pendekatan historis dan geografis, ia menguraikan fungsi pelabuhan sebagai simpul penting dalam jaringan maritim. Merujuk pada klasifikasi Leong Sau Heng, pelabuhan di masa lalu dibedakan ke dalam tiga kategori: entrepot (pelabuhan utama), collecting centre (pusat pengumpulan), dan feeder points (pelabuhan pengumpan). Dalam konteks ini, pelabuhan seperti Makassar, Banten, dan Aceh memainkan peran strategis sebagai pusat perdagangan sekaligus penyebaran agama Islam.
Materi kuliah juga mengupas tahapan perkembangan Islam di Sulawesi, dari fase pengenalan awal hingga internalisasi dalam budaya lokal. Islam masuk melalui pelabuhan-pelabuhan utama dan tumbuh bersama aktivitas niaga maritim, bukan melalui ekspansi militer seperti yang terjadi di wilayah Barat.
Menutup pemaparannya, Dr. Hamid menekankan bahwa studi tentang jaringan maritim bukan sekadar soal jalur dagang, tetapi juga menyangkut jalur kebudayaan dan dakwah.
“Mempelajari sejarah maritim adalah kunci untuk memahami dinamika Islamisasi di Indonesia, khususnya di wilayah timur seperti Sulawesi,” pungkasnya.
Acara ini mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa dan dosen SPI UIN Palu. Selain sebagai bagian dari kegiatan akademik, kuliah tamu ini menjadi ruang diskusi yang memperkaya pemahaman sejarah Islam Indonesia dari perspektif yang selama ini kurang mendapat perhatian. JEF