LERE, MERCUSUAR – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu berencana akan melaksanakan pembelajaran tatap muka, yang rencananya pada awal April 2021 dimulai simulasi pembelajaran tatap muka mendatang, dengan menyiapkan lima sekolah sebagai percontohan.
Sekretaris Disdikbud, Ambotuwo mengungkapkan, Pemerintah Kota Palu berencana awal April akan menggelar simulasi pembelajaran tatap muka untuk lima sekolah di Kota Palu.
“Lima SMP itu adalah SMPN 1 Palu, SMPN 2 Palu, SMPN 5, SMPN 13, dan SMPN 18, tetapi sekolah lain juga bisa laksanakan simulasi secara mandiri, artinya bisa secara bersamaan. Nantinya simulasi itu akan turun tim di beberapa sekolah bersama dengan Wali Kota Palu dan Wakil Wali Kota,” katanya, Rabu (24/3/2021).
Pihaknya mengaku, telah mengingatkan lima sekolah itu agar menyiapkan segala sesuatunya, seperti tempat cuci tangan, alur siswa masuk ke sekolah, serta persiapan lainnya ketika melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka.
“Saya merasa bahwa jenjang SMP ini sudah sangat siap, sebab selama saya turun ke lapangan mengecek langsung kesiapan sarana prasarana,Alhamdulillah telah terpenuhi semua, seperti tempat cuci tangan setiap kelas sudah ada,” terangnya.
Ia juga mengatakan, dalam waktu dekat ini pihaknya akan melaporkan perkembangan kesiapan sekolah kepada Wali Kota Palu dan Wakil Wali Kota Palu. “Memang sesuai edaran Mendikbud RI bahwa tatap muka itu dilaksanakan Juli pada tahun ajaran baru, tetapi ini kebijakan pimpinan tidak masalah,” tambahnya.
Hanya saja, beberapa guru di Palu ada yang belum divaksin, tetapi diharapkan masuk April para guru sudah divaksin kedua. Olehnya itu, bagi guru yang sudah merasa normal tekanan darahnya atau alasan medis lainnya, silakan datang untuk melakukan vaksinasi.
“Bagi guru yang hamil memang tidak dianjurkan untuk divaksin, kecuali guru ditunda karena alasan medis itu bisa kembali divaksin, yang jelas bagi guru yang belum divaksin tidak diizinkan untuk mengajar,”ucapnya.
Bagi guru SMP itu tidak menjadi masalah, sebab mereka menggunakan sistem guru mata pelajaran, sementara di jenjang SD guru kelas.
“Kalau di SMP misalnya guru PKN ada empat orang, tiba-tiba salah satu guru tidak bisa mengajar, salah satunya bisa menggantikan guru mata pelajaran tersebut. Kalau guru SD itu guru kelas itu tidak bisa digantikan. Olehnya itu persoalan ini akan diantisipasi dengan memanfaatkan guru honorer,” jelasnya.
Pihaknya juga mengimbau kepada seluruh Kepala SMP, agar segera melaksanakan pertemuan dengan orang tua murid untuk meminta persetujuan terkait pembelajaran tatp muka. UTM