LERE, MERCUSUAR – SMPN 10 Palu, Kelurahan Lere merupakan salah satu sekolah di Kota Palu sejak terjadi bencana hingga kini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hal itu membuat kondisi sekolah sangat memprihatinkan.
Sekolah tersebut merupakan sekolah Kota Palu yang terdampak langsung tsunami, hanya saja kondisi bangunan sekolah tidak mengalami kerusakan parah, namun dampak dari bencana tersebut halaman sekolah menjadi sasaran banjir rob.
Dengan kondisi tersebut sekolah itu sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah, karena sejak beberapa tahun belakangan ini, sekolah tersebut sama sekali belum mendapatkan bantuan pembangunan ataupun upaya untuk mencegah agar air banjir rob tidak menggenangi halaman sekolah.
“Sebenarnya kami sudah mengusulkan dan juga sudah disahuti oleh Wali Kota Palu untuk memberikan bantuan pada 2022 ini. Hanya saja kami berharap agar bantuan itu bisa secepatnya, sebab sekolah ini masih tetap digunakan seluruh siswa untuk belajar. Kasihan jika pada saat air laut mengalami pasang siswa terpaksa harus belajar di genangan air laut,”kata Kepala SMPN 10 Palu, Lainsan, Rabu (9/2/2022).
Pihaknya mengatakan bahwa sebenarnya dari sejak pascatsunami banyak pihak NGO menawarkan bantuan untuk pembangunan sekolah secara penuh. Hanya saja pemerintah Kota Palu sebelumnya tidak memberikan izin karena alasan zona merah. Padahal sejumlah sekolah lainnya yang bukan wewenang Kota Palu bisa melakukan pembangunan kembali, seperti SMKN 7 Palu dan UIN Datokarama Palu.
“Saya ingat betul berbagai NGO datang menawarkan baik dari Jepang, Turki, Inggris hingga berbagai lainnya datang untuk membantu proses pembangunan sekolah. Walaupun kami sudah berupaya semaksimal mungkin mereka tetap tidak memberikan izin. Akhirnya sekarang seluruh NGO tersebut sudah tidak ada. Otomatis saat ini tinggal menunggu bantuan penuh dari Pemerintah Kota Palu,” terangnya.
Menurutnya meskipun air pasangan tidak setiap hari datang, tetapi ketika datang pada saat aktifitas pembelajaran di kelas sangat memprihatinkan, siswa harus membuka sepatu, dan tetap belajar walaupun kondisi kelas tergenag air laut.
Saat ini hanya beberapa kelas saja yang tidak terdampak air pasang tetapi ada banyak kelas yang terdampak air pasang, empat diantaranya memang sudah tidak bisa digunakan karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
“Tak hanya itu dengan kondisi sekolah seperti ini, jumlah siswa juga sangat berdampak dari sebelumnya mencapai 700 siswa. Sekarang jumlah siswa tinggal 200 lebih, kalau dilihat memang siapa yang mau sekolah ditempat seperti ini karena belum adanya perbaikan dari pemerintah,” tutupnya. UTM