DONGGALA, MERCUSUAR – Sejumlah dosen dari Universitas Tadulako (Untad) bersama Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan mengembangkan kerajinan kain tenun Donggala.
Program PKM yang dikembangkan melalui pendanaan yang berasal dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI tersebut, dilaksanakan di Desa Mekar Baru Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, baru-baru ini.
Tim dosen yang terdiri dari Dilla Srikandi Syahadat dan Daswati, M.Si, (Untad) bersama Finta Amalinda (Unismuh Palu), serta tim pengusul program kolaborasi antarperguruan tinggi (Untad dan Unismuh), menjalankan program dengan judul ‘Pengembangan Usaha Kelompok Pengrajin Tenun Sarung Donggala berbasis Gedongan dan Diversifikasi Pewarnaan Alami Aman untuk Kesehatan untuk Meningkatkan Kualitas Produk.”
Ketua Tim, Dilla Srikandi Syahadat kepada media ini, Selasa (26/8/2025) menjelaskan, melalui program tersebut, pihaknya mendorong masyarakat untuk mengembangkan kerajinan tenun kain Donggala yang selama ini masih banyak penggunakan pewarna tekstil (kimia) yang kurang bagus untuk kesehatan kulit, beralih menggunakan pewarna alami dari limbah kulit manggis, kulit kayu, akar mangrove, dan limbah sabut kelapa.
Penggunaan pewarna tekstil, kata dia, sering menimbulkan gangguan pada kulit. Salah satunya, gatal-gatal pada saat berkeringat.
“Seiring dengan itu, maka kami tim pelaksana program PKM mengembangkan pewarnaan alami. Yang sangat cocok untuk kesehatan sehingga perlu dikembangkan,” kata Dilla.
Ia juga mengaku bersyukur mendapatkan persetujuan dan dukungan untuk pelaksanaan program pengabdian yang bertujuan mengembangkan kelompok pengrajin tenun Donggala, sebagai salah satu produk lokal kebanggaan dan tradisi yang perlu dilestarikan.
“Kami tim pengabdi juga ingin memperkenalkan teknik pewarnaan alami yang aman untuk kesehatan dan lingkungan. Supaya sambil menjaga kelestarian budaya, kita juga bisa menajaga kesehatan dan lingkungan,” ujarnya.
Anggota Tim Pelaksana, Daswati menambahkan, kegiatan PKM bersama kelompok mitra tersebut mengedepankan kemandirian dalam proses pembuatan sarung tenun dengan bahan alami.
“Kami berharap kualitas produk sarung Donggala dapat meningkat, sehingga mampu bersaing di pasar. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada masyarakat Desa Mekar Baru, untuk dapat mengelola usaha secara mandiri agar dapat meningkatkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja,” tutur Daswati.
Anggota tim lainnya, Finta Amalinda menyatakan penggunaan pewarna alami dari aneka limbah kulit kayu dan buah, aman untuk kesehatan kulit. Menurutnya, hal itu perlu mendapat dukungan semua pihak.
“Pengembangan pewarna alami ini tidak mudah, karena kita mengubah kebiasaan menggunakan pewarna kimia. Saya berharap, kita bersama-sama dapat menjaga dan mengembangkan warisan budaya yang berharga,” ujar Finta.
Ia juga menekankan, melalui program PKM hal yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan usaha tenun kain Donggala perlu ada regenerasi, untuk menjaga keberlanjutan budaya tenun kain Donggala.
Tim dosen yang melaksanakan program turut memberikan pelatihan teknis kepada kelompok pengrajin tenun. Selain itu, kelompok pengrajin tenun juga diberikan bantuan benang sutra.
Narasumber pelatihan, Slamet menyampaikan harapan melalui program tersebut kemandirian kelompok semakin meningkat, terutama dalam proses pewarnaan alami.
Menurutnya, banyak kelompok kain tenun Donggala yang sudah dilatih, namun masih kurang berani melaksanakan pewarnaan sendiri karena masih ketergantungan pada pewarna kimia.
“Padahal sudah dilatih. Dengan menggunakan pewarna alami pendapatan kelompok tenun juga bisa meningkat, karena modal produksi menurun dibanding dengan menggunakan pewarna kimia,” jelas Slamet. */IEA