DONGGALA, MERCUSUAR – Program Kosabangsa yang melibatkan dua perguruan tinggi, masing-masing Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu sebagai pelaksana dan Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai pendamping, melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa Pomolulu Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, baru-baru ini.
Tim dari perguruan tinggi pelaksana (Unisa Palu) terdiri dari tiga orang, yakni Spetriani, S.PT, M.Sc., Taufik Ihsan, S.Pi., M.Si. dan Dr. Ir. Sitti Sabariyah, M.Si.. Sedangkan tim pendamping dari UNM masing-masing Prof. Dr. H. Bakhani A. Rauf, M.T., IPU, IAI sebagi ketua dan Dr. Ir. Darmawang, M.Kes. dan Dr. Ir. Faizal Amir, M.Pd. sebagai anggota. Tema yang diusung oleh Unisa Palu adalah “Program Kosabangsa Memberdayakan Masyarakat Nelayan Berbasis Teknologi untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Gempa di Desa Pomolulu.”
Kosabangsa adalah salah satu skema dalam program pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan program unggulan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Universitas Alkhairaat Palu adalah salah satu perguruan tinggi yang lolos diterima menjadi penenang Program Kosabangsa pada tahun anggran 2025.
Perguruan tinggi yang terlibat, yakni Unisa Palu sebagai pelaksana dipandang memahami permasalahan yang ada di wilayah sasaran. Sementara UNM sebagai pendamping memiliki teknologi yang dilaksanakan oleh pelaksana. Perguruan tinggi pendamping hanya yang memiliki klaster unggul dan mandiri.
Kegiatan Kosabangsa kali ini melibatkan dua kelompok mitra sebagai sasaran pemberdayaan atau pendampingan dari tim pelaksana. Yakni kelompok nelayan dengan kegiatan pembuatan rompong dan jamban keluarga bagi masyarakat yang rumahnya di atas laut. Serta kelompok usaha ekonomi kreatif ‘Satu Jiwa’, yang kegiatannya pada pengolahan ikan menjadi produk bernilai ekonomis.
Program tersebut diawali dengan sosialisasi yang dilaksanakan pada 14 September 2025. Hadir pada sosialisasi, Kepala Desa dan aparat desa setempat, serta tokoh masyarakat dan Ketua PKK. Peserta yang hadir sekira 40 orang.
Ketua Tim Pelaksana, Spetriani, S.PT, M.Sc. menjelaskan kegiatan yang dilaksanakan pada kelompok nelayan adalah pembuatan tiga unit romping, pemasangan solar cell (masing-masing tiga buah pada tiga rompong, serta pemasangan lampu celup pada rompong yang bertujuan menarik ikan untuk berkumpul di rompong.
Sedangkan pada mitra kelompok usaha kreatif ‘Satu Jiwa’ kegiatan yang dilaksanakan mencakup pembuatan aneka olahan ikan, yaitu abon ikan, bakso ikan, nugget ikan, kaki naga, ikan rono krispi.
Selain kelompok usaha kreatif, tim juga memberdayakan kelompok putus sekolah dengan pelatihan pengolahan ikan, serta akan dibantu untuk mendapatkan ijazah Paket B dan Paket C.
Spetriani menyebutkan, dalam pelaksanaan program pihaknya mengembangkan dua pendekatan, yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Yakni pelatihan teknis dan nonteknis.
Pelatihan teknis meliputi pelatihan pembuatan rompong, demo/praktik pemasangan solar cell dan lampu celup. Sementara pelatihan aneka pengolahan ikan di antaranya demo/praktik pembuatan abon ikan dan bakso ikan, serta pembuatan ikan rono krispi.
Sedangkan pelatihan nonteknis meliputi pelatihan PIRT dari dinas Kesehatan Kabupaten Donggala untuk mendapatkan izin, pelatihan pemsaran secara daring (online), serta pelatihan pembuatan buku kas (manajemen usaha) dan penguatan kelembagaan kelompok.
Sementara Ketua Tim Pendamping dari UNM, Prof. Dr. H. Bakhani A. Rauf, M.T., IPU, IAI menerangkan pihaknya menyiapkan berbagai macam teknologi yang dijalankan pada kegiatan tersebut. Salah satu di antaranya berkaitan dengan pembuatan rompong.
“Para nelayan di Desa Pomolulu belum ada yang punya rompong, tetapi nelayan di desa tetangga sudah banyak yang mengembangkan penangkapan ikan melalui rompong. Adapun teknologi yang dikembangkan melalui rompong adalah pemasangan solar cell (tenaga surya) dan pemberian lampu celup untuk menarik ikan datang bermain dan lama kelamaan masuk di talase (alat tangkap),” jelas Bakhani.
Bila sudah masuk dalam talase, lanjutnya, ikan tidak bisa keluar lagi, sehingga dalam 2—3 hari talase akan terisi ratusan ikan.
“Bila talase dianggap sudah terisi ikan yang banyak, maka talase diangkat naik untuk dikeluarkan ikannya lalu dimasukkan ke tempat gasdud telah disiapkan. Setelah ikan diambil, talase dimasukkan kembali ke dalam laut untuk dipasang kembali. Dalam 2—3 hari dikontrol kembali, apakah talase terisi ikan kembali dan seterusnya,” tuturnya.
Kegiatan lainnya adalah pembuatan jamban keluarga sehat, yang diperuntukkan bagi nelayan yang memiliki rumah di atas laut. Jamban kloset berbahan fiber akan dipasang di 15 rumah. Selain itu, jambang akan dibuatkan septic tank yang dihubungkan dengan pipa secara komunal. Artinya, satu septic tank akan digunakan beberapa rumah. Rencananya, akan dibuat 5 septic tank, yang masing-masing 1 septic tank digunakan 3 rumah.
“Diharapkan melalui program Kosabangsa ini, para nelayan yang tinggal di atas laut, tidak ada lagi yang membuang tinjanya langsung ke laut,” tandasnya.
Kepala Desa Pomolulu, Jufriyanto menyebut, potensi sumber daya alam di desanya meliputi hasil laut berupa ikan. Selama ini, potensi tersebut belum mampu diolah secara maksimal, sehingga ikan hanya dijual secara mentah, dan pendapatan masyarakat tidak meningkat.
Ia berharap, dengan adanya program Kosabangsa dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, utamanya melalui penangkapan ikan melalui rompong yang dapat meningkatkan produksi tangkapan nelayan, utamanya dengan adanya penangkapan ikan melalui rompong yang berbasis teknologi solar cell dilengkapi lampu celup.
“Sedangkan ibu-ibu diberi ketarampilan pengolahan ikan, sehingga mereka terampil dan dapat memulihkan ekonomi pascabencana gempa bumi,” ujar Jufriyanto.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, program Kosabangsa yang diturunkan di Desa Pomolulu sangat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan di desa, yang selama ini belum mampu ditangani. Di antaranya penyiapan teknologi pengolahan ikan dan pengadaan rompong berbasis teknologi solar cell dan lampu celup.
“Kami Pemerintah Desa Pomolulu dan masyarakat Desa Pomolulu mengucapkan terima kasih kepada DPPM Kementerian Pendidikan Tingggi, Sains dan Teknologi dapat mendanai program kosabangsa ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Alkhairaat dan Ketua LPPM Universitas Alkhairaat Palu sebagai pelaksana, dan terima kasih pula kepada Rektor dan Ketua LPPM Universitas Negeri Makassar sebagai pendamping,” tandas Jufrianto. */IEA







