TONDO, MERCUSUAR – SMAN 5 Palu menggelar kegiatan pembinaan karakter bagi guru, siswa, hingga orang tua sebagai langkah nyata untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih harmonis dan bebas dari tindakan kekerasan. Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari PGRI Sulawesi Tengah bekerja sama dengan PGRI Kota Palu.
Kepala SMAN 5 Palu, Salim menjelaskan, pembinaan ini menjadi kebutuhan penting di tengah meningkatnya persoalan kekerasan di dunia pendidikan. Menurutnya, PGRI adalah mitra yang paling tepat untuk memberikan materi pembinaan karena memiliki pemahaman yang kuat mengenai karakter para guru.
“Saya lebih memilih PGRI karena merekalah yang paling memahami karakter guru. Mereka adalah organisasi yang rutin memberikan pembinaan dan sudah terbiasa menyelesaikan berbagai persoalan di sekolah,” ujar Salim, Jumat (12/12/2025).
Ia juga menegaskan, PGRI selama ini aktif menangani beragam konflik, mulai dari ketegangan antara guru dan siswa, hingga persoalan lain yang berpotensi mengganggu proses pendidikan. Karena itu, SMAN 5 Palu menaruh kepercayaan penuh kepada PGRI untuk memberikan edukasi yang dapat memperbaiki pola interaksi di lingkungan sekolah.
Salim menambahkan, pembinaan ini juga sejalan dengan kebijakan baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait Program Sahabat, yang bertujuan mencegah segala bentuk kekerasan di satuan pendidikan.
Ketua PGRI Sulteng, Syam Zaini, menyampaikan apresiasi atas komitmen SMAN 5 Palu yang telah memulai langkah harmonisasi hubungan antarwarga sekolah melalui pelatihan ini.
“Kami sangat mengapresiasi SMAN 5 Palu karena ini merupakan langkah awal yang penting. Ini juga menjadi bagian dari kewajiban PGRI,” ujar Syam.
Ia mengungkapkan, PGRI Sulteng turut melibatkan Dewan Kehormatan Guru PGRI Sulteng serta menggandeng PGRI Kota Palu untuk memastikan pembinaan berlangsung komprehensif.
Syam menjelaskan bahwa pada kesempatan tersebut, materi juga akan mencakup bagaimana aturan kedisiplinan di sekolah sering kali disalahartikan hingga berubah menjadi tindakan kekerasan.
“Kami akan menjelaskan bagaimana batasan kedisiplinan, agar tidak bergeser menjadi kekerasan. Poin ini penting agar guru dan siswa memahami hak dan kewajibannya,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, SMAN 5 Palu berharap tercipta budaya sekolah yang lebih saling memahami, saling menghargai, dan bebas kekerasan, baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, maupun orang tua dengan guru.
Pembinaan ini menjadi langkah awal untuk menguatkan karakter seluruh warga sekolah agar mampu menjaga etika, komunikasi, dan perilaku di lingkungan pendidikan. UTM






