PALU, MERCUSUAR – Universitas Tadulako (Untad) melakukan monitoring Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara – Sistem Alih Kredit dengan Teknologi Informasi (PERMATA SAKTI), yang digelar secara luring dan daring via Zoom Meeting, Kamis (17/12/2020), bertempat di Ruang Wakil Rektor Bidang Akademik, Lantai I Gedung Rektorat Untad. Monitoring yang dihadiri Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Lukman Nadjamuddin, M.Hum, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Prof. Dr. Ir. Amar, ST., MT, serta dosen pendamping mahasiswa PERMATA SAKTI Untad, seperti Ir. Abdullah, MT, Dr. Annawaty, Dr. Yassir Arafat dan Ir. Rahmawati, S.Si,. M.Si.
Dalam sambutannya, Dr. Lukman menyampaikan apresiasinya kepada para dosen dan mahasiswa, yang telah melaksanakan program PERMATA SAKTI dengan baik, meski sedang berada di tengah situasi pandemi Covid-19.
“Meskipun program PERMATA SAKTI dilakukan secara daring dikarenakan kondisi pandemi Covid-19, hal itu tidak mengurangi makna dari pelaksanaan program ini. Saya berterima kasih dan mengapresiasi kepada para dosen, yang dengan maksimal memberikan perkuliahan secara daring, kepada para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” ujarnya.
Dr. Lukman juga berterima kasih kepada para mahasiswa program PERMATA SAKTI, yang telah memilih Untad sebagai tempat belajar dan berkuliah dalam program ini. Kata dia, monitoring ini dilaksanakan agar pihaknya dapat mengevaluasi dan meningkatkan lagi kualitas program PERMATA SAKTI, untuk dapat diikuti mahasiswa lainnya di tahun 2021.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Prof. Dr. Ir. Amar, ST. MT, menjelaskan implementasi program PERMATA SAKTI yang telah dilaksanakan pada tahun ini.
Kata dia, pelaksanaan program PERMATA SAKTI tahun ini, dibagi menjadi 3 zona karena pandemi Covid-19, yakni zona barat, tengah dan timur. Sehingga, bagi mahasiswa yang berada di zona barat misalnya, hanya bisa memilih untuk belajar di zona tengah dan timur, yang berlaku juga untuk semua zona.
“Dari kurang lebih 100 perguruan tinggi di 3 zona tersebut, tidak sampai 50 persen yang mampu untuk melaksanakan program PERMATA SAKTI di tahun ini. Alhamdulilah, program ini tetap berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa hal dan kendala yang terjadi dalam proses implementasinya,” ujarnya.
Lanjut Prof. Amar, tujuan dari program PERMATA SAKTI ini, di antaranya untuk meningkatkan wawasan kebangsaaan, integritas, dan wadah perekat kebangsaaan antar mahasiswa se-Indonesia, melalui pembelajaran antar budaya. Sehingga, banyak contoh pembelajaran, di mana setiap mahasiswa berbagi kebudayaan yang dimilikinya, kepada para mahasiswa lainnya dan sebaliknya.
“Kami berharap tahun depan dapat lebih baik pelaksanaannya, dan semoga dapat dilaksanakan secara langsung oleh mahasiswa tanpa harus via daring lagi,” ujar Prof. Amar.
Banyak Pengalaman Baru
Pada kesempatan lainnya, para dosen pendamping berbagi pengalaman mereka selama mengajar mahasiswa program PERMATA SAKTI. Ir. Abdullah, MT misalnya, menceritakan hal-hal unik yang terjadi selama proses perkuliahan, seperti mahasiswa yang mengira jam perkuliahan dimulai jam 13.00 WIB padahal dimulai pukul 14.00 WITA, karena perbedaan zona waktu. Selain itu, kendala bahasa juga kadang terjadi, namun mahasiswa masih banyak memahami apa yang disampaikan oleh dosen, meskipun menggunakan logat Kota Palu.
Jodi Febrian, salah seorang mahasiswa asal Universitas Negeri Padang yang mengikuti PERMATA SAKTI di Untad mengatakan, hampir satu semester berkuliah daring di Untad, dirinya mendapatkan banyak hal baru. Ir. Abdullah, MT misalnya kata dia, banyak mengajarkan ilmu terkait kebencanaan, di mana Sumatera Barat juga memiliki potensi bencana yang cukup tinggi.
Afdhal Ghani, mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Sriwijaya juga memberikan respon yang sama, saat belajar ilmu geografi secara daring di Untad. Kata dia, dirinya jadi banyak mengetahui bencana-bencana apa saja yang terjadi di Palu. Sebelumnya, dirinya hanya mengetahui sedikit saja dari media.
“Ketika saya mengambil pelajaran geografi bencana, saya jadi tahu mengapa tanah bisa sangat berbahaya saat gempa, dan hal-hal penting lainnya,” ujarnya. */JEF