Wujudkan Madrasah Berdampak, MAN 2 Kota Palu Hadirkan Program Rumah Khatib

Taufik Abd. Rahim

BESUSU TIMUR, MERCUSUAR – Madrasah Aliyah Negeri 2 (MAN2 ) Kota Palu menghadirkan program ‘Rumah Khatib’ sebagai sarana pembinaan khusus bagi para siswa, yang dipersiapkan menjadi penyampai khutbah salat Jumat yang kompeten dan berkualitas.

Program tersebut telah diluncurkan secara resmi pada 22 Oktober 2025 lalu bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional 2025.
“Rumah Khatib menjadi sarana pembinaan anak-anak untuk menjadi khatib. Kami berharap, lewat pembinaan dan praktik langsung ini, anak-anak dapat terbiasa, dan ketika pulang ke daerahnya masing-masing nantinya sudah bisa diandalkan menjadi khatib salat Jumat di tengah masyarakat,” ujar Kepala MAN 2 Kota Palu, Taufik Abd. Rahim, baru-baru ini.

Taufik menambahkan, meski baru diluncurkan secara resmi pada momentum peringatan Hari Santri, namun pihaknya telah melaksanakan program tersebut, selama sebulan terakhir. Para siswa telah disebar untuk menjadi khatib salat Jumat di beberapa Masjid di Kota Palu dan sekitarnya.

Program tersebut awalnya diikuti oleh siswa yang merupakan santri program Islamic Boarding School Daarul Muhsin (IBSDM) MAN 2 Kota Palu. Namun, belakangan turut diikuti para siswa dari kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) Dakwah di madrasah tersebut.

Taufik menuturkan, Rumah Khatib menjadi salah satu kegiatan unggulan pihaknya dalam upaya mewujudkan visi Madrasah Berdampak, yakni berupaya memberikan dampak langsung kehadiran madrasah di tengah-tengah masyarakat, khususnya terkait dengan kebutuhan ketersediaan khatib yang berkualitas di tengah pertambahan jumlah masjid.

Hal itu juga sejalan dengan salah satu dari delapan program prioritas strategis (Asta-Protas) Kementerian Agama (Kemenag) RI, yakni Kemenag Berdampak.
“Melalui program inilah, kami mencoba agar madrasah ini bisa dirasakan manfaatnya secara langsung di masyarakat,” ujar Taufik.

Ia juga menyebut, pembinaan yang dilakukan juga terkait dengan materi atau pesan-pesan yang disampaikan kepada jemaah salat Jumat. Di antaranya para siswa diingatkan untuk tidak menyampaikan pesan-pesan yang bersifat provokatif atau berpotensi menjadi polemik di tengah masyarakat.
“Pembinanya menggodok materi-materinya yang harus berkualitas, karena jika sekali tampil lalu tidak menampilkan kualitas yang baik, maka pihak masjid pasti tidak akan memanggil lagi,” tandas Taufik. IEA

Pos terkait