MERCUSUAR – Rambut adalah mahkota. Tapi sering kali rambut rontok dan mengganggu penampilan. Rambut rontok merupakan keluhan yang umum dialami banyak orang. Namun, tidak semua kerontokan rambut bisa dianggap masalah serius.
Pakar kesehatan menyebut, penting untuk membedakan mana yang termasuk kerontokan normal dan mana yang sudah mengarah ke kondisi tidak normal.
Menurut berbagai penelitian dermatologi, rambut manusia memiliki siklus alami yang terdiri dari fase tumbuh (anagen), istirahat (telogen), dan rontok (exogen). Dalam proses ini, wajar bila seseorang kehilangan 50 hingga 100 helai rambut per hari. Jumlah ini dianggap normal karena rambut baru akan tumbuh kembali menggantikan yang hilang.
Kerontokan normal biasanya terjadi merata di seluruh kepala dan tidak menyebabkan penipisan signifikan. Rambut yang rontok juga umumnya lengkap dengan akar kecil berwarna putih di ujungnya.
Namun, jika jumlah rambut yang rontok melebihi 100 helai per hari atau kerontokan terjadi pada area tertentu hingga tampak menipis, hal itu bisa menandakan kondisi yang tidak normal. Pola kerontokan berbentuk lingkaran, garis di depan dahi, atau bagian atas kepala yang menipis patut diwaspadai.
Selain itu, kerontokan yang disertai gejala lain seperti gatal, ketombe parah, bercak merah, bahkan luka di kulit kepala bisa mengindikasikan adanya masalah medis, mulai dari kekurangan nutrisi, gangguan tiroid, anemia, hingga penyakit autoimun seperti alopecia areata.
Perbedaan penting lainnya, rambut rontok normal biasanya tidak berdampak pada penampilan secara drastis. Sementara rambut rontok tidak normal dapat membuat volume rambut berkurang hingga kulit kepala lebih terlihat jelas.
Pakar menyarankan, jika kerontokan terjadi terus-menerus lebih dari tiga bulan tanpa membaik, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit. Perawatan dini dapat mencegah kerontokan berkembang menjadi kebotakan permanen. */TMU