Sleepmaxxing, Tren Tidur ala Gen Z

PALU, MERCUSUAR – Lagi-lagi Gen-Z punya istilah tersendiri untuk menandai aktivitasnya. Kini muncul istilah Sleepmaxxing, untuk menyebut tidur yang berkualitas.

Tidur bagi Gen-Z bukan lagi sekadar mematikan lampu lalu memejamkan mata. Di era TikTok, muncul tren baru bernama sleepmaxxing yang kini viral dan menarik perhatian Gen-Z.

Sleepmaxxing adalah usaha maksimal untuk mendapatkan tidur terbaik melalui berbagai ritual, alat, dan membangun habit yang diklaim bisa meningkatkan kualitas tidur. Apa itu sleepmaxxing, apakah benar-benar bermanfaat?

Menurut Dr. Anita Shelgikar, pakar neurologi dan direktur fellowship pengobatan tidur di University of Michigan, sebagaimana yang dilansir dari wolipopdetik (13/5/2025), sleepmaxxing adalah kumpulan aktivitas, produk, atau ‘hack’ yang digunakan secara bersamaan untuk mengoptimalkan kualitas dan kuantitas tidur.

Tren ini marak di TikTok dengan tagar #sleepmaxxing. Para pengikut tren tersebut memamerkan rutinitas tidur lengkap mulai dari minum suplemen, memakai selimut ‘berat’, menggunakan aplikasi pelacak tidur, hingga menciptakan suasana kamar tidur layaknya spa mewah.

Dr. Jag Sunderram dari Rutgers University menyatakan bahwa meningkatnya kesadaran akan pentingnya tidur adalah hal positif. Dulu orang menganggap tidur tidak penting, dan justru bangga bisa tetap melakukan aktivitas secara maksimal meski kurang tidur.

“Dulu, orang-orang menganggap tidur tidak penting,” kata Dr. Jag Sunderram, seperti dikutip dari CNN.

“Saya pikir tren untuk memahami bahwa tidur itu penting, alasan mengapa tidur itu penting, dan benar-benar berfokus pada tidur adalah hal yang baik,” tambahnya.

Melibatkan Alat Canggih

Sleepmaxxing juga melibatkan berbagai alat canggih, mulai dari sleep tracker, sound machine, hingga bantal bertenaga AI. Beberapa pengguna bahkan mencoba mocktail pengantar tidur hingga terapi cahaya merah.

Di sisi lain, konsumsi suplemen seperti melatonin dan magnesium menjadi bagian dari rutinitas banyak sleepmaxxer. Namun, Shelgikar mengingatkan bahwa tidak semua orang butuh suplemen.

“Beberapa kondisi medis dapat memburuk akibat penggunaan suplemen magnesium,” kata dr. Anita Shelgikar.

Di balik manfaatnya, sleepmaxxing bukan tanpa risiko. Beberapa praktik yang viral di TikTok seperti mouth taping, yakni menutup mulut dengan plester agar tidak bernapas lewat mulut, telah diperingatkan oleh pakar sebagai berbahaya, terutama bagi penderita sleep apnea.

Selain itu, fenomena orthosomnia, kecemasan karena terlalu terobsesi pada tidur sempurna juga mulai muncul. Sleep tracker yang seharusnya membantu malah membuat pengguna stres jika hasil tidurnya dianggap kurang baik.

Seperti dikutip dari Mirror, Dr. Neil Stanley, penulis How to Sleep Well, menyebut bahwa terlalu berusaha untuk tidur justru bisa memperburuk kualitas tidur itu sendiri. Semakin kamu khawatir tentang tidur, semakin sulit untuk bisa benar-benar tidur.

Tidak perlu mengikuti semua cara yang ada di tren sleepmaxxing. Cara-cara lama seperti tidur di ruangan sejuk, gelap dan sunyi membantutubuh lebih mudah relaks dan akhirnya tertidur. Konsistensi juga dibutuhkan dengan pergi tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari membantu membentuk ritme sirkadian yang sehat.

Untuk mendapatkan tidur berkualitas, hindari masih bermain gadget sebelum tidur karena cahaya biru bisa menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu tidur. Hindari pula kafein dan alkohol sebelum tidur karena bisa mengganggu siklus tidur dan membuat tidur tidak nyenyak. DTC

Pos terkait