Slow-Aging, Tren Kecantikan Gen Z

Ilustrasi

MERCUSUAR – Tren slow-aging sejalan dengan gerakan self-love yang makin kuat di kalangan anak muda. Alih-alih terobsesi dengan hasil instan menolak tua, slow-aging fokus pada kesehatan kulit jangka panjang, serta pencegahan dibanding perbaikan.

Dilansir dari wolipopdetik, kini semakin banyak Gen Z mulai meninggalkan konsep anti-aging dalam perawatan kulit dan beralih ke pendekatan baru yang lebih ‘zen’, yakni slow-aging.

Berbeda dari anti-aging yang cenderung menganggap penuaan sebagai sesuatu yang harus dilawan, tren kecantikan slow-aging justru mengajak kita untuk menerima proses alami ini dengan lebih mindful. Tujuannya bukan menghindari penuaan, melainkan memperlambat prosesnya dengan cara yang sehat, berkelanjutan, dan cinta terhadap kulit kita sendiri.

Rutinitas skincare yang simpel, namun konsisten, kini dianggap jauh lebih efektif ketimbang 10 langkah rumit yang justru membuat stres.

“Saya sangat mendukung konsep slow-aging, yang intinya adalah membangun kebiasaan merawat kulit sejak dini,” ujar Teresa Tarmey, facialist kenamaan yang kerap menangani selebriti, seperti dikutip dari Grazia UK.

Rutinitas dasar slow-aging ini mencakup empat langkah: Membersihkan, merawat dengan serum, melembapkan, dan melindungi dengan sunscreen.

Korea Selatan, lagi-lagi menjadi trendsetter di mana tren kecantikan ini berasal. Menurut Marketing Manager Laneige Indonesia Chrissensia Shania, konsep slow-aging sudah ramai dibahas sejak 2022.

“Slow-aging di sana, mereka tidak memungkiri proses aging karena pasti terjadi di kulit. Mau sampai usia berapa pun akan terjadi, tapi bagaimana caranya orang-orang Korea memperlambat proses penuaan itu,” tutur Shania, saat pembukaan pop-up store Bouncy Cafe by Laneige di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Dia menjelaskan bahwa penekanan slow-aging adalah memakai produk skincare yang lebih lembut dan ringan. Selain itu, rutinitas kecantikan ini juga sudah bisa dilakukan wanita usia muda, mulai dari 19 tahun.

“Fokusnya slow-aging dipakai dari usia 19 tahun khususnya dan memang sifatnya untuk pencegahan,” Shania menambahkan.

Stres Memperburuk Kondisi Kulit

Kulit dan pikiran ternyata sangat berkaitan. Dr. Alexis Granite, dokter spesialis dermatologi estetika dan medis, menjelaskan bahwa stres bisa memperburuk kondisi kulit.

Sebaliknya, ketika kondisi kulit sedang tidak baik, itu pun bisa meningkatkan stres. Di sinilah peran penting dari rutinitas perawatan kulit yang menyenangkan dan menenangkan.

“Merawat kulit itu tidak usah buru-buru karena hasilnya bukan instan. Nikmati prosesnya dan harus cinta dengan kulit sendiri dulu,” kata Shania.

Selain memperbaiki kulit secara fisik, ritual merawat diri secara perlahan juga bisa memperbaiki suasana hati. Maka dari itu penggunaan produk yang lebih lembut, dengan hasil tidak instan namun efektif, menjadi pilihan Gen Z masa kini dalam perawatan kulit.

“Rutinitas skincare sebagai bagian dari self-care terbukti bisa meningkatkan kesejahteraan emosional,” tutup Teresa. DTC

Pos terkait