PALU, MERCUSUAR – Partisipasi pemili di kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali pada Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 lalu hanya 21 persen. Berdasarkan data partisipasi pemilih, terdapat dua daerah yang berkontribusi terhadap angka partisipasi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), yaitu kota Palu dan Kabupaten Morowali yang partisipasinya dapat dikatakan sangat rendah, dimana kabupaten Morowali presentase partisipasinya hanya 51,95 persen.
Hal ini berdasarkan hasil riset pemilihan Gubernur dan wakil gubernur Sulteng tahun 2020 KPU Sulteng.
Salah satu tim riset Partisipasi Pilgub 2020, Dr. Intam Kurnia, M.Si. mengatakan, tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan tahun 2020 di provinsi Sulteng tercatat sebanyak 2.037.819 pemilih terdaftar, yang menggunakan hak pilih sebanyak 1.518.821 atau tingkat partisipasi sebanyak 74,53 persen.
Walaupun tidak mencapai target nasional berdasarkan data pertisipasi pemilih kata Intam, tingkat partisipasi jika dibandingkan dengan pemilihan tahun 2015 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2015 tingkat partisipasi pemilih sebesar 69,71 persen.
Intam menjelaskan bahwa di kecamatan Bahodopi, kabupaten Morowali, ada tiga desa yang partisipasi pemilihnya terbilang sangat rendah yaitu di desa Lalampu 10,9 persen dengan jumlah pemilih terdaftar 4.956 pemilih dan jumlah partisipasi sebanyak 500 pemilih. Selanjutnya desa Keurea 11,38 persen dengan jumlah pemilih terdaftar 3.278 pemilih dan jumlah partisipasi pemilih sebanyak 373 pemilih. Desa selanjutnya yaitu Labota 11,44 persen dengan jumlah pemilih terdaftar sebanyak 4.424 pemilih dan jumlah partisipasi sebanyak 506 pemilih.
Menurut Intam, permasalah klasik yang tidak dapat terselesaikan secara tuntas dari sekian penyelenggara pemilihan diantaranya tentang daftar pemilih. Pada Kawasan lingkar tambang di kabupaten Morowali khususnya di kecamatan Bahodopi yang begitu marak permintaan penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk kepentingan melamar pekerjaan di perusahaan, dimana pelamar kerja yang berasal dari luar daerah merasa tidak berkepentingan dengan daerah tempat bekerja.
“Dukcapil tidak tidak dapat menolak permintaan KTP apalagi jika sudah memenuhi syarat. Namun ketika tidak diterima kerja di perusahaan, para pencari kerja akan meninggalkan kabupaten Morowali dan Kembali ke kampung halamannya. Hal ini berakibatbanyaknya KTP yang menumpuk di kantor kecamatan dan desa di Morowali yang ditinggalkan oleh pemiliknya,” kata Intam saat kegiatan seminar riset partisipasi Pemilih pada pemilihan serentak tahun 2020 yang diselenggarakan oleh KPU Sulteng, Kamis (4/3/2021).
Akibat kondisi tersebut kata Intam, terjadi peningkatan signifikan jumlah penduduk di kabupaten Morowali, khususnya di kecamatan Bahodopi, diaman dalam kurun waktu tahun 2015 hingga 2020, mengalami peningkatan hingga 296,9 persen atau sebanyak 24.670 jiwa.
Ditempat yang sama komisioner KPU Sulteng, Halima mengatakan, kondisi yang terjadi di kecamatan Bahodopi sesungguhnya buka karena masyarakat disana tidak menyalurkan hak pilihnya, namun karena ada hal lain yang menyebabkan tidak adanya jalan keluar. Diantaranya, banyak orang yang ber-KTP Bahodopi namun bukan penduduk asli yang datang hanya untuk mencari kerja di perusahaan. Hal itu yang menyebabkan data pemilih tinggi, namun yang menyalurkan hak pilihnya hanya sendikit.
Menurutnya, saat nmelakukan pencocokan dan penelitian (coklik) hanya 11 persen yang terdata, sebab coklik berdasarkan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4).TIN