POSO, MERCUSUAR – Dugaan kasus perundungan (bullying) santri berusia 12 tahun di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Poso menjadi viral di media sosial (medsos). Orang tua santri bersangkutan mengaku telah membawa kasus ini ke ranah hukum dengan melapor ke Polres Poso.
“Kami terpaksa membawa kasus ini ke ranah hukum, karena sudah dua kali terjadi pada anak saya,” ujar orang tua santri tersebut kepada media ini, Selasa (19/8/2025).
Ia mengungkapkan, awal mengetahui anaknya mendapat perundungan karena menerima sepucuk surat yang ditulis anaknya. Dari situ, ia bersama suami kemudian mendatangi ponpes tempat anaknya mondok, dengan maksud menjenguk sekaligus memastikan isi surat itu.
“Dalam suratnya, anak kami menulis bahwa ia sudah tidak tahan lagi berada di pondok karena mendapat perlakukan yang tidak baik. Baik oleh seniornya maupun sesama angkatannya,” tambahnya.
Ia menambahkan, anaknya kerap disuruh berkelahi dengan temannya sendiri oleh seniornya.
“Jika tidak mau, maka mendapat ancaman dari para seniornya,” imbuhnya.
Bukti dari semua itu, ia menemukan luka memar di bagian lengan dan belakang yang mengakibatkan anaknya menjadi trauma dan sudah tidak ingin lagi mondok di ponpes tersebut.
“Sebagai orang tua, kami tentu tidak tega melihat anak kami diperlakukan seperti itu. Perlu diketahui bahwa ini merupakan kasus yang kedua kalinya menimpa anak kami. Awalnya kami sudah menyerahkan kasus ini ke pihak yayasan untuk diselesaikan. Namun karena masih terjadi lagi, makanya kami memutuskan untuk mengambil anak kami dan membawa kasus ini ke ranah hukum,” paparnya
Sementara itu, pihak ponpes yang dihubungi terpisah membantah semua yang dituduhkan. Menurut salah seorang pengelola pesantren, tidak ada kasus perundungan yang terjadi dalam lingkungan ponpes yang diasuhnya.
“Kita harus paham dulu seperti apa itu kasus bullying. Tidak ada kasus itu. Itu hanya dugaan orang tua santri saja. Luka lebam yang disebutkan itu karena perkelahian semata antara para santri. Tidak benar jika disebutkan santri sengaja diadu berkelahi oleh para seniornya,” bantah penanggung jawab ponpes kepada media ini, Rabu (20/8/2025).
Ia juga mengaku telah memanggil seluruh santri yang ada di ponpes tersebut, agar bisa bercerita langsung kepada rekan rekan media yang datang.
“Silakan tanyakan langsung jika kurang yakin,” ujarnya.
Pengelola ponpes juga membantah jika kasus tersebut sudah terjadi dua kali kepada santri bersangkutan.
“Tidak benar jika dua kali terjadi. Perkelahian itu hanya terjadi sekali. Tolong ini diluruskan,” ujarnya sambil meminta salah seorang santri yang berkelahi untuk menunjuk tangan.
Pihak Ponpes juga mengaku sudah mengetahui jika kasus ini telah dilaporkan ke Polres Poso.
“Silakan saja, itu hak setiap orang. Namun, pada dasarnya apa yang disampaikan itu berbeda dengan fakta yang ada pada kami,” papar pengasuh tersebut.
Kasus ini mulai mencuat, setelah orang tua santri mengunggah luka lebam anaknya di medsos. Orang tua santri berharap agar kasus tersebut diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku, sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari. */ULY