Ketua GKST Apresiasi Buku Panglima Damai Poso

POSO, MERCUSUAR – Ketua Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Pdt. Djadaramo Tasiabe menyatakan, tokoh utama dalam buku berjudul Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso, adalah sosok yang tepat untuk disematkan sebagai Panglima Damai.

“Panglima Damai Poso tepat disematkan kepada Haji Adnan Arsal,” ujar Pdt. Djadaramo saat kegiatan bedah buku yang digelar di Tentena. 

Pdt. Djadaramo memberi apresiasi kepada Haji Adnan Arsal yang telah bersedia dibukukan kisahnya sebagai tokoh keteladanan untuk Indonesia, dan secara khusus kepada Kabupaten Poso untuk generasi saat ini dan akan datang, sebagai pembawa kedamaian.

Hal tersebut disampaikan Pdt Djadaramo sebagai pembicara utama dalam acara diskusi dan bedah buku Panglima Damai Poso di Banua Mpogombo, Tentena, Kelurahan Sangele, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Rabu (2/11/2022). 

Pdt. Djadaramo juga memberi apresiasi kepada penulis buku Khoirul Anam, yang bersedia menuliskan kisah tentang Poso dan ketokohan seorang Adnan Arsal, hingga menjadi salah satu buku dengan kategori penjualan terbaik terbitan Elex Media Komputindo, Gramedia-Jakarta.

Sebagai masukan, ia berharap buku setebal 300 halaman itu mestinya diakhiri penutup yang memberikan sebuah pembelajaran, bahwa telah ada kekeliruan bersama sehingga menjadi pembelajaran yang akan dibawa kepada generasi penerus, agar tidak ada lagi kekeliruan di masa akan datang.

Sementara Pdt. Rinaldy Damanik, salah satu tokoh agama yang juga ada dalam isi buku tersebut menyatakan Haji Adnan telah melakukan yang semestinya dia lakukan. “Terima kasih telah menjadi teladan,” kata Damanik.

Penulis buku Khoirul Anam berharap buku tersebut bisa menjadi contoh untuk wilayah lain bagaimana Poso mampu menyelesaikan konflik yang berlarut-larut ini. Ia menyampaikan menulis buku itu berdasarkan keadaan sebenarnya.

“Saya peneliti, prinsip peneliti itu boleh salah tapi seorang peneliti tidak boleh bohong. Saya menulis buku ini benar-benar menerjemahkan keadaan yang saya dapati selama setahun lebih saya menyusun buku ini,” aku Khoirul Anam.

Sebagai penutup, Kombes Pol Bogiek Sugiyarto dari Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, menilai buku itu menggambarkan dengan detail awal pemicu sebuah konflik dimulai dari pertikaian pemuda yang membesar menjadi sebuah konflik.

“Buku ini menggambarkan akibat dari sebuah konflik. Menang menjadi arang dan kalah menjadi abu. Tidak ada yang diuntungkan dari sebuah pertikaian. Kita tidak mengungkit duka lama tapi sebagai pembelajaran di masa yang akan datang,” tandas Bogiek.

Hadir dalam seminar dan bedah buku yang dimoderatori H Makmur Arief, pemerintahan daerah setempat yang diwakili Sekdakab Poso Frits Sampurnama, Kapolsek, Danramil, lembaga atau ormas Islam, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, camat, lurah dan para kepala desa. ULY

Pos terkait