POSO, MERCUSUAR – Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikannya masing-masing dan pariwisata, merupakan sektor yang tidak hanya dapat mempromosikan keunikan suatu daerah, namun juga meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, bila dikerjakan dengan terampil. Itulah yang menjadi dasar diadakannya kegiatan Pemuda Pariwisata Inklusif dan Kreatif, di Banua Momberata, Poso, pekan lalu.
Acara yang mengundang Ikatan Ongga Bale Poso serta komunitas Tuli/Tuna Rungu di Poso ini, menghadirkan tiga orang pembicara muda, yang peduli dengan pariwisata dan pembangunan karakter anak-anak muda di daerah.
Adi Pratama, penasihat Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo) sekaligus penerima beasiswa Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI) Professional Fellow Spring 2018 memaparkan, semua orang dapat menjadi duta wisata untuk daerahnya. Apalagi sebagai pemuda, ada banyak cara untuk dapat meningkatkan potensi wisata daerah.
Berbicara di depan para muda-mudi Ongga Bale, Adi mengajak para duta wisata tersebut untuk jeli memanfaatkan kecantikan alam di Poso dan Sulawesi Tengah, serta memanfaatkan media sosial yang ada.
“Saya baru saja mengunjungi megalitik Pokekea dan Tadulako di Napu, dan ketika saya posting foto-foto saya di media sosial, teman-teman saya ingin pergi ke sana,” ujarnya sambil menjelaskan bahwa tempat-tempat yang “instagramable, viral dan kekinian” adalah tempat-tempat yang dicari oleh para pecinta travelling ‘zaman now’.
Adi juga berbicara dengan teman-teman Tuli/Tuna Rungu yang hadir, bahwa ia akan membantu mewujudkan pariwisata yang inklusif di Poso. Para penyandang disabilitas tidak hanya menjadi penikmat wisata, namun dapat diberdayakan dengan menjadi pemandu wisata terutama untuk para pelancong tuli yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Para peserta yang hadir, juga diajak untuk melihat peluang dan membuat ide-ide kreatif untuk membantu pengembangan daerah. Hijrah Saputra, founder dari Piyoh Design di Aceh serta penerima beasiswa YSEALI Professional Fellow Fall 2017, memaparkan pengalamannya sebagai duta wisata yang terus berkarya untuk daerahnya, bahkan sesudah masa jabatannya sebagai duta wisata Aceh dan Malang berakhir.
“Kita harus bisa mengubah masalah menjadi peluang,” ujarnya.
Dengan Piyoh Design, Hijrah mempromosikan wisata di kota asalnya, Sabang melalui desain kaos dan souvenir. Piyoh kini menjadi brand ternama kaos oleh-oleh Aceh. Menilik pengalamannya tersebut, Hijrah pun menambahkan, menjadi duta wisata itu tidak hanya sekedar mendapat selempang pemenang dan bergaya di atas panggung, namun dapat terus berkontribusi terhadap daerahnya dengan cara-cara yang kreatif.
Aktivis pemuda Poso sekaligus Ketua Ikatan Ongga Bale, Herry Melumpi, yang berbicara tentang potensi wisata yang ada di Poso. Dosen Universitas Kristen Tentena ini menekankan pentingnya memahami keunggulan yang ada di Poso. Herry bercerita tentang potensi Danau Poso dan keunikan ikan sidat Sogili yang merupakan satwa endemik Poso.
Acara ini diadakan di Café Banua Momberata Poso, kafe inklusif yang memberdayakan para penyandang disabilitas. Kafe ini merupakan kafe inklusi pertama di Indonesia timur yang terinspirasi oleh kafe Tuli/Tuna Rungu Fingertalk di Jakarta.
Founder kafe Tuli/Tuna Rungu Fingertalk yang juga hadir pada acara tersebut, Dissa Syakina, sangat menghargai antusiasme para pemuda-pemudi Poso, terutama para penyandang disabilitas, yang hadir pada malam itu. Didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat dan program pertukaran pelajar Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI), acara ini diharapkan dapat menjadi pondasi awal untuk melibatkan para pemuda dalam mewujudkan pariwisata inklusif dan kreatif di Poso. JEF/*