POSO, MERCUSUAR – Berdasarkan data yang disajikan dalam Wallacea Ecosystem Profile (WEP) Burung Indonesia dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF), terdapat beberapa jenis flora dan fauna yang kini mulai terancam punah secara global di Danau Poso, Kabupaten Poso.
Diantaranya, seperti Bungu Poso (Weberogobius Amadi), Buntingi Paruh Bebek (Adrianichthys Kruyti), Buntingi Popta (Xenopoecilus Poptae). Berbagai burung jenis itu telah mengalami tingkat ancaman yang cukup tinggi dan berada diambang kepunahan serta tidak lagi dijumpai dalam 10 tahun terakhir.
Demikian terungkap pada kegiatan sodialisasi program kemitraan Wallacea di Key Biodiversity Area (KBA) yang digelar Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL) Kabupaten Poso bekerjasama dengan Burung Indonesia dalam rangka mendukung konservasi keragaman hayati endemik Danau Poso di Desa Wera, Kecamatan Pamona Puselemba, Sabtu (8/9/2018) lalu.
Kegiatan itu juga menyebutkan di kawasan hutan yang merupakan daerah tangkapan air di sekitar KBA Danau Poso terdapat beberapa jenis-jenis darat turut mengalami tingkat keterancaman kepunahan, akibat perburuan dan kerusakan habitat asli dari praktek pembukaan dan alih fungsi lahan di areal hutan. Jenis haewan darat itu, seperti Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis), Anoa Dataran Tinggi (Bubalus Quarlesi), Rangkong (Aceros Cassidix) dan Kura-Kura leher Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi).
Direktur Eksekutif YPAL Poso sekaligus penanggung jawab program Yopy Hary menyampaikan jika program kerjasama antara YPAL dengan Lembaga Burung Indonesia didukung pendanaan sepenuhnya oleh CEPF selama durasi 12 bulan.
Dijelaskannya, sebagai desa ke dua yang menjadi fokus replikasi atas hasil kerja-kerja di Desa Mayakeli pada tahun 2017 sampai sekarang khususnya pendampingan di masyarakat dalam kerja-kerja konservasi keragaman hayati, pihaknya melakukan pendekatan tata guna lahan serta mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan berbasis pertanian ramah lingkungan.
Hal itu, kata Yopy, diharapkan akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan kelestarian ekologi bagi ekosistem di bentang alam Danau Poso. Sehingga dalam pencapaian besarnya kerja-kerja itu dapat berkontribusi positif terhadap arah kebijakan pembangunan desa sampai pada tingkat daerah terutama disektor tata kelola sumberdaya alam Tanah Poso.
Kegiatan yang mengusung tema ‘Pelestarian KBA danau Poso melalui pengelolaan ruang desa secara partisipatif dan budidaya pertanian organik’ itu, diikuti 35 orang peserta terdiri dari unsur pemerintah, kelembagaan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama serta mahasiswa KKN Unsimar Poso. ULY