POSO, MERCUSUAR – Peran dan lingkungan acap kali menjadi kegelisahan yang dirasakan pada usia remaja dan pemuda. Dalam konteks Poso, tambahan lainnya adalah tantangan masa depan, masa lalu, dan masa kini.
#Posoaman #Posoindah. Dua tanggar ini menjadi ‘senjata’ yang akan digunakan untuk melawan narasi negatif yang masih tentang Poso yang masih tumbuh subur. Narasi ini terus terjaga terutama bagi mereka yang berada di luar daerah ini dan hanya mengandalkan pemberitaan media massa dan media sosial. Paling tidak itu yang disepakati bersama oleh beberapa anak muda dalam kesempatan Temu Anak Muda Poso yang digagas oleh SKP-HAM, melalui Rumah Belajar Buyu Katedo.
Rabu (7/7/2021) puluhan pemuda terlibat aktif dalam diskusi menarik dan seru yang berlangsung selama satu hari, yang dilaksanakan di Rumah Belajar Buyu Katedo, Desa Sepe, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso.
Pertemuan yang awalnya hanya akan dilaksanakan secara tatap muka ini, harus berubah konsep setelah berkoordinasi dengan Tim Satuan Tugas Covid-19 setempat. Metode luring dan daring, akhirnya dipilih untuk mengakali situasi pembatasan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadi kendala berarti dan pertemuan tetap terlaksana.
Kurang lebih 22 pemuda terlibat dalam pertemuan, terdiri dari 9 orang secara luring dan 13 lainnya secara daring. Peserta sendiri hadir dengan berbagai latar belakang ras, suku, agama dan perwakilan, yakni perwakilan dari remaja Desa Sepe, Pemuda Desa Tongko, Pemuda Napu, Pemuda Labuan, Pemuda Bukit Bambu, Pemuda Matei Lage, Komunitas Kurang Kreatif, dan perwakilan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di sekitaran Poso. Selain itu, pemerintah desa yang diwakili oleh Kepala Desa Sepe, turut hadir, terlibat langsung dalam kegiatan ini.
Di awal peserta dipantik untuk berbagi cerita tentang kegelisahan-kegelisahan yang mereka dapati di desa secara khusus dan persoalan yang ada di Kabupaten Poso secara umum. Hal-hal menggelisahkan yang kemudian muncul adalah persoalan lingkungan pesisir pantai yang tercemar, karena kebiasaan beberapa masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan, kenakalan remaja yang disinyalir akibat dari menenggak minuman keras dan konsumsi narkotika, masuknya pemilik modal besar yang menguasai tanah dalam jumlah yang sangat luas dan menjadikan masyarakat lokal sebagai pekerja di kampung sendiri, perusahaan tambang yang mengancam kelestarian lingkungan, dan yang masih ada hingga sekarang adalah isu terorisme, ekstrimisme, dengan segala turunannya.
“Padahal ikan yang kami (masyarakat) makan sehari-hari juga berasal dari sana. Tetapi sebagian masyarakat sepertinya tidak peduli tentang lingkungan yang terus tercemar sampah,” ujar Zuldan, salah seorang peserta.
“Orang-orang di luar (Poso) masih menganggap tidak aman. Ketika saya memperkenalkan diri berasal dari Kabupaten Poso, mereka langsung tanya, Poso sudah aman?,” tambah peserta lain yang menceritakan pengalamannya tentang stigma Poso.
Dalam pertemuan ini kemudian menyepakati bahwa narasi ini harus dilawan. Salah satunya adalah dengan cara membuat narasi ‘tandingan’. Peserta beranggapan, media (massa dan sosial) masih menjadi alat paling masif dan efektif untuk memenangkan ‘pertarungan’ narasi ini.
Di sesi berbagi asa dan harapan, peserta muda mengharapkan akan ada perubahan ke arah yang lebih baik atas kondisi saat ini di masa yang akan datang. Baik dalam konteks desa maupun Poso secara luas. Peserta juga bersepakat bahwa hal ini hanya akan bisa terwujud dengan kerja-kerja bersama. Hingganya kegiatan-kegiatan serupa mesti terus dilakukan.
Peserta dan relawan Rumah Belajar kemudian menyepakati rencana tindak lanjut berupa: 1). Pertemuan (lanjutan) dengan pemuda Napu, 2). Kampanye kreatif secara masif di media sosial dengan tagar #Posoaman dan #Posoindah, 3) Membuat surat yang dikemas menarik dengan maksud meminta kejelasan dan komitmen pemerintah (dalam hal ini Gubernur Sulawesi Tengah dan Presiden Republik Indonesia) perihal penyelesaian persoalan terorisme di Poso.
SKP-HAM melalui Rumah Belajar Buyu Katedo berkomitmen akan terus mendukung, memfasilitasi, dan terlibat aktif dalam segala aktivitas dan inisitif baik anak muda, menghubungkan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan, juga akan melakasanakan beberapa pelatihan, seperti pelatihan HAM dan pelatihan kekaryaan.
Dalam rangka mendukung gerak anak muda ini juga, Nurlaela Lamasitudju selaku Sekjend SKP-HAM menyampaikan, Rumah Belajar terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin menggunakannya sebagai tempat belajar, pertemuan, kegiatan, dan lain-lain. */JEF