Ueralulu Jadi Desa Siaga Tanggap Hipertensi

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Prodi D-III Keperawatan Poso Poltekkes Kemenkes Palu, Dewi Nurviana Suharto (berdiri) saat mengedukasi masyarakat Desa Ueralulu tentang pencegahan dan deteksi dini penyakit Hipertensi. FOTO: RUSLI/MS

POSO, MERCUSUAR – Desa Ueralulu Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso kembali menjadi salah satu desa yang menjadi sasaran program pengabdian masyarakat, oleh tim dosen Program Studi (Prodi) D-III Keperawatan Poso Poltekkes Kemenkes Palu, dalam mengedukasi masyarakat terkait masalah kesehatan hipertensi.

Jika sebelumnya telah dibentuk kader penanganan dan deteksi dini sebagai Desa Sadar Penyakit Jantung, maka kali ini Poltekkes Kemenkes Palu menjadikan Ueralulu sebagai Desa Siaga Tanggap Hipertensi.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Prodi D-III Keperawatan Poso Poltekkes Kemenkes Palu, Dewi Nurviana Suharto, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB menyampaikan, hal itu sebagai respons terhadap tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia, khususnya di wilayah Kabupaten Poso. Mengingat, Hipertensi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, termasuk di Kabupaten Poso.

“Poltekkes Kemenkes Palu menginisiasi program Desa Siaga Tanggap Hipertensi di Desa Ueralulu, Kecamatan Poso Pesisir. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran, deteksi dini, dan pencegahan hipertensi melalui pendekatan berbasis komunitas kepada masyarakat,” ujar Dewi Nurviana kepada Mercusuar Selasa (15/7/2025).

Menurutnya, masih minimnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan pengelolaan hipertensi, mendorong tim dosen Prodi D-III Keperawatan Poso untuk turun langsung ke Desa Ueralulu.

“Kami memilih Desa Ueralulu karena tingginya kasus hipertensi di sini, tetapi masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengendalikannya. Karena itu, melalui program ini, kami ingin membangun sistem deteksi dini dan pencegahan yang berkelanjutan dengan melibatkan kader kesehatan dan masyarakat,” jelas Dewi.

Selama dua hari pelaksanaan, tim yang terdiri dari Dewi Nurviana Suharto, Agusrianto, S.Kep, Ns, MM dan Nurfatimah, SKM, M.Kes bersama mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Poso melakukan beberapa kegiatan utama.

Di antaranya, melakukan skrining kesehatan gratis berupa pemeriksaan tekanan darah bagi warga usia produktif dan lansia, serta identifikasi faktor risiko hipertensi (gaya hidup, pola makan, riwayat keluarga).

Selain itu, dilakukan edukasi gaya hidup sehat berupa penyuluhan tentang diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk mengendalikan tekanan darah. Serta edukasi aktivitas fisik sederhana yang dapat dilakukan sehari-hari.

Tim juga melakukan pelatihan kader kesehatan desa dengan membekali kader keterampilan pengukuran tekanan darah dan pemantauan mandiri. Serta melakukan sosialisasi modul edukasi hipertensi yang mudah dipahami masyarakat.

Terakhir, tim pengabdian masyarakat juga melakukan simulasi pelaporan kasus hipertensi ke Puskesmas terdekat, serta Pembentukan mekanisme Desa Siaga Hipertensi untuk pemantauan secara berkala.

Kegiatan tersebut mendapat respon positif dari masyarakat dan pemerintah desa setempat. Warga dan pemerintah secara antusias mengikuti seluruh rangkaian pororam yang disampaikan.

“Program ini sangat bermanfaat bagi kami. Sekarang, warga tidak hanya tahu bahaya hipertensi, tetapi juga bisa melakukan deteksi dini dan tahu kapan harus mencari pertolongan medis. Kami berharap ini bisa terus berlanjut,” ujar Kepala Desa Ueralulu.

Tim juga melakukan kolaborasi dengan Puskesmas Mapane dan tokoh masyarakat untuk memperkuat dampak program, untuk memastikan edukasi yang diberikan benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dewi menambahkan, program tersebut merupakan bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan di tingkat desa. Ke depan, Prodi D-III Keperawatan Poso berencana memperluas program serupa ke desa-desa lain di Kabupaten Poso, sekaligus melakukan evaluasi berkala untuk memastikan keberlanjutannya.

“Kami ingin model Desa Siaga Tanggap Hipertensi ini menjadi contoh bagi wilayah lain dalam mengatasi masalah hipertensi secara mandiri dan berkelanjutan,” tutup Dewi. ULY

Pos terkait