APBD-P Balut 2020 DItetapkan

Rika F Sakarudin 5

SIGI, MERCUSUAR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sigi melalui Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, dr Rika F Sakarudin mengatakan bahwa gizi buruk pada anak harus dideteksi lebih dini.

Dijelaskannya, kondisi gizi buruk tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang menyebabkan kondisi itu terjadi.

“Olehnya deteksi dini oleh petugas kesehatan di lapangan sangatlah diperlukan untuk menekan angka gizi buruk,” ungkap dr Rika, Jumat (23/10/2020).

Lanjutnya, jika pada wilayah kerja petugas kesehatan terdapat posyandu, maka para petugas kesehatan di wilayah itu bisa menggiring para ibu untuk rutin menimbang berat badan anaknya di posyandu.

Menurutnya, petugas perlu jeli dalam memantau jika ada anak yang menunjukkan gejala penurunan berat badan. “Para petugas harus intervensi sesegera dan sebaik mungkin guna menekan angka gizi mengurang apalagi gizi buruk. Perlu dilihat apa penyebabnya, apakah ada penyakit yang mendasari, sehingga terjadi gizi buruk atau hanya karena pola makan yang salah. Jika terdeteksi maka penyakitnya juga bisa langsung ditangani di puskesmas. Jika dokter di puskesmas tidak mampu, bisa dirujuk pada dokter spesialis anak,” jelasnya.

Selain itu, petugas juga harus mengajak para orangtua untuk meningkatkan peran serta mereka, seperti pola asuh anak, cara memasak makanan yang benar dan makanan apa yang bergizi untuk meningkatkan berat badan.  “Penting pula bagaimana kepekaan dan kepedulian para petugas di lapangan dalam upaya peningkatan gizi anak-anak terhadap wilayah kerja masing-masing,” tandasnya.
Ia menegaskan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas perlu memahami tentang tata laksana gizi buruk, sehingga dapat menentukan diagnosis dan intervensi gizi dengan tepat dan cepat, baik pada pelayanan gizi perseorangan maupun gizi masyarakat.

Tenaga yang memberi pelayanan gizi puskesmas, kata dr Rika, idealnya adalah tenaga profesional yang memberikan pelayanan fungsional teknis mengenai layanan gizi, meliputi aspek asuhan, gizi klinis, asuhan gizi masyarakat dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi pada pasien. “Kami berharap para petugas mampu dan terampil dalam melakukan tata laksana gizi buruk secara komprehensif di puskesmas tempat mengabdi,” tutupnya. BAH

Pos terkait