PALU, MERCUSUAR – Sejumlah dosen di Universitas Tadulako melaksanakan Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM), di Desa Pombewe Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Melalui program tersebut, masyarakat setempat diberikan pemberdayaan melalui penerapan teknik integrasi tanaman dan ternak berbasis Zero Waste Agriculture.
Para dosen pelaksana program tersebut, masing-masing Dr. Ir. Nurhayati, M.P. dan Dr. Ir. Usman Made, M.P. dari Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Haerani Maksum, M.P. dari Fakultas Peternakan dan Perikanan, serta Dr. Sitti Rahmawati, S.Pd., M.Pd. Kim. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Ketua tim, Dr. Nurhayati menjelaskan, pelaksanaan program yang dibiayai oleh Kemendikbud RI dengan surat kontrak nomor: 091/SP2H/PPM/DRPM/2020 bertanggal 16 Maret 2020 tersebut, dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, bahwa potensi sumber daya pertanian dan peternakan di Desa Pombewe cukup tersedia, namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat.
“Lahan pertanian masih banyak yang terlantar, dan ternak masih dibiarkan merumput sendiri. Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yaitu kurangnya keterampilan tentang tata cara peningkatan produk hasil pertanian,” jelasnya, Minggu (25/10/2020).
Atas dasar masalah tersebut, lanjutnya, dilakukan pendampingan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan pertanian dan peternakan desa Pombewe, sehingga nantinya desa tersebut menjadi desa mandiri pangan berbasis usaha tani terintegrasi tanaman dan ternak.
Tujuannya, ungkap Nurhayati, adalah untuk memberdayakan masyarakat melalui penerapan usaha tani terintegrasi tanaman dan ternak berbasis zero waste agriculture, sehingga pendapatan masyarakat meningkat sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikannya.
PPDM tersebut dilaksanakan di Desa Pombewe sejak bulan Juni 2020 hingga September 2020. Para mitra kegiatan adalah anggota kelompok tani ternak “Belota Singgani” yang diketuai Sahdan, Kelompok “Tunas Harapan” yang diketuai Irwan. Selain itu, turut bermitra Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) “Sangurara” yang diketuai Yunardin.
“Metode yang diterapkan adalah community development dengan berbagai kegiatan, yakni berupa penyuluhan, pelatihan, demplot percontohan serta pendampingan,” ujarnya.
Hasil yang dicapai, menurut Nurhayati, adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, yang ditandai dengan kemampuan mereka dalam memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan, menjadi bernilai secara ekonomi.
Yakni dengan membuat pupuk organik cair MOL, pupuk kompos, serta melakukan budidaya rumput hijauan sebagai pakan ternak, serta budidaya padi organik. IEA/*