SIGI, MERCUSUAR- Pascadua tahun bencana gempa bumi, likuefaksi dan tsunami, Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, hingga saat ini masih terus berkomitmen untuk membenahi sistem penyediaan air bersih di desa tersebut.
Demikian dikatakan Kepala Desa (Kades) Jono Oge, Mesak Ropiua, S.Pd, Rabu (16/9/2020).
Menurutnya, pascabencana warga sangat sulit untuk mendapatkan air bersih, karena dampak dari bencana semua sumur sebagai sumber air bersih warga mengalami kerusakan bahkan sistem pipanisasinya juga berimbas.
Meskipun saat itu ada bantuan pemerintah melalui tangki-tangki air, namun hal itu dinilai tidak maksimal karena warga sangat membutuhkan pasokan air yang cukup banyak.
Dia mengatakan, hinggga saat ini, pemerintah desa terus melakukan pembenahan sistem air bersih, karena kebutuhan air sangatlah penting bagi kelanjutan kehidupan masyarakat.
“Saya berharap kedepan ada pihak-pihak yang bersedia membantu pembenahan sistem air layak konsumsi di desa ini,” kata Kades.
Sementara, Ketua Lembaga Adat Desa Jono Oge, Amurasa menambahkan sebelum terjadi bencana kondisi air bersih di desa tersebut sangatlah baik, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih tapi juga MCK dan pengairan sawah, Namun setelah bencana warga menjadi kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Bahkan, katanya, ada sejumlah warga yang harus berjalan ke desa tetangga untuk mendapatkan air yang layak, karena bantuan atau suplai air dari pemerintah saat itu masih kurang.
Hingga saat ini, sambung Amurasa, kondisi air di desa tersebut belum stabil, hanya warga dibagian bawah desa (arah barat) yang kondisi ainya masih cukup baik, sedangkan sebagian warga atau wilayah atas (arah Timur) sangat sulit mendapatkan air bersih dan layak.
“Sebelum bencana, kita kalau mau ambil air hanya membor tidak sampai 10 meter, air sudah ada. Tapi setelah bencana ada sekitar tujuh bulan kita sangat kesulitan dapatkan air bersih, mau di bor tapi sudah sampai kira-kira 15 meter air masih sulit keluar,” jelasnya.
Meskipun saat ini permasalahan air sudah mulai teratasi, namun ia menganggap hal itu belum cukup maksimal dibandingkan dengan kebutuhan air sehari-hari warga. Untuk itu, koordinasi Lembaga adat dan pemerintah desa akan terus dilakukan demi memaksimalkan sistem air bersih di desa tersebut. “Karena memang air ini sangat penting, bukan hanya untuk memasak, tapi kita harapkan juga air untuk pengairan pertanian bisa kembali seperti dulu,” harapnya.
Diketahui Desa Jono Oge adalah satu dari empat wilayah di SUlteng yang terkena likuifaksi gempa Palu. Tiga wilayah zona likuefaksi lain, yakni Kelurahan Petobo, Kelurahan Balaroa dan Desa Sibalaya.
PBB mencatat bencana gempa bumi menewaskan sekitar 4.845 dengan pengungsi mencapai 172.999. Sementara 110.214 rumah rusak ditambah hilangnya akses kebutuhan dasar seperti makanan, air, layanan kesehatan, dan tempat perlindungan bagi korban gempa bumi. AMR