SIGI, MERCUSUAR – Bencana bukan untuk ditakuti, melainkan untuk disigapi, diantisipasi dan ditanggulangi. Oleh karena itu, dirinya sangat berharap kegiatan ini akan menghasilkan konsep, gagasan dan rekomendasi yang disampaikan kepada pemerintah pusat dan daerah, untuk menyusun protap mitigasi bencana, sebagai wujud kesiapan pemerintah dalam menghadapi bencana.
Hal tersebut disampaikan Bupati Sigi, Moh Irwan Lapatta, saat Dialog Interaktif Mitigasi Bencana Berbasis Pengetahuan Lokal. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Komunitas Polelea dan Dewan Kesenian Sigi, bertempat di Ganogo Ruang Apresiasi Seni Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo, Minggu (28/7/2019).
Kata dia, mitigasi bencana kini menjadi salah satu syarat yang harus benar-benar diperhatikan, dalam pembangunan di Kabupaten Sigi, pasca terjadinya bencana pada 28 September lalu, sebagai upaya pengurangan resiko terhadap dampak terjadinya bencana alam.
“Saya sangat mengapresiasi terlaksananya kegiatan ini, yang menyediakan media untuk memberikan masukan dan kritik kepada pemerintah tanpa saling menghantam dan menghasut,” jelasnya.
Dialog ini adalah bagian dari kegiatan Talu Art ke-33 yang mengangkat tema “Tutura To Rilare” yang berlangsung hingga Senin (29/7/2019), dengan menampilkan Performing Art Akbar Mbasi-Mbasi.
Narasumber, Marzuki, dalam kesempatan itu menyampaikan, agar pemerintah dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait bencana, khususnya terkait posisi Sesar Palu Koro dan Cincin Api. Karena hal itu tidak dapat dihindari dan tidak mungkin berubah, namun dapat diantisipasi.
Kata Marzuki, masyarakat dapat belajar dari tutur para leluhur/kearifan lokal (Kaili), tentang bagaimana menghadapi dan mengantisipasi bencana.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Sigi, menyampaikan, salah satu program Pemerintah Sigi saat ini yaitu Sigi Hijau, merupakan salah satu upaya mitigasi bencana. Oleh karena itu, beliau berharap masyarakat dan aparatur desa khususnya, benar-benar melaksanakan program tersebut. AJI/*