SIGI, MERCUSUAR – Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) asal Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, mengikuti kelas belajar bersama dalam upaya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tentang pascapanen kopi dengan petani kopi di Desa Dombu Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, selama tiga hari.
“Di wilayah kami banyak tumbuh kopi utamanya kopi robusta, dan sebagian saat ini mulai ada juga kembali menanam jenis kopi arabica, namun banyak petani hanya memanen dan belum mengolah kopi dengan baik,” kata Crispinus Parri usai mengikuti kelas belajar kopi bersama petani di Desa Dombu, Minggu (6/6/2021).
Ia mengungkapkan keinginan kelompok petani yang dipimpinnya bisa memiliki kemampuan dan keterampilan mengolah kopi dan menghasilkan kopi yang berkualitas baik hingga bisa bersaing di pasaran. Mengingat bukan sekedar hanya mengejar jumlah hasil panen kopi, tetapi juga punya olahan kopi dalam bentuk setengah jadi maupun kopi siap saji, agar bisa meningkatkan pendapatan kelompok tani.
“Terus terang banyak dari kami petani kopi hanya memanen dan langsung jual dan harga berkisar Rp18.000 hingga Rp.20.000 saja. Sementara saya mendengar jika kopi diperhatikan mulai dari pemilihan bibit, menanam, memelihara dan memetik sampai menjadi kopi melalui pengolahan yang baik bisa meningkatkan harga jual kopi. Jelas kami menginginkan itu bisa kami lakukan juga,” sebut Crispinus.
Proses pendampingan oleh Konsorsium ROA – Bivak yang didukung oleh Balai Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Sulawesi dan Forest Programme III, sambung dia, mereka difasilitasi dan dipertemukan serta bisa belajar dengan himpunan petani kopi Kamanuru Desa Dombu. “Kami benar-benar beruntung mendapatkan kesempatan yang sangat berharga bisa belajar bersama dan mempraktekkan langsung mulai proses penyediaan lahan, penyemaian bibit, penanaman hingga pascapanen,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Petani Kopi Kamanuru Desa Dombu, Awaludin mengatakan sangat bahagia dengan kedatangan kelompok tani dari Desa Alitupu yang juga mau berbagi informasi dan pengalaman tentang kopi dari masing-masing tempat asal mereka, dengan suasana kekeluargaan serta keakraban yang terbangun selama proses berbagi pengetahuan mengolah kopi.
“Kami dari kelompok begitu bersemangat juga membantu petani-petani yang datang berbagi dan belajar tentang kopi. Ini tentu akan memperkuat petani terkait cita-cita dan harapan untuk memiliki kebanggaan terhadap kopi yang mereka hasilkan dan bersaing dipasaran,” kata Awaludin. TIN/*