SIGI, MERCUSUAR – Pasca bencana gempa dan likuefaksi, 28 September 2018 lalu, irigasi Gumbasa rusak, sehingga menyebabkan lahan dan rawa menjadi kering. Walapun demikian, lahan rawa/gambut, ternyata cukup baik untuk tanaman jagung.
Demikian dikatakan Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng, Basrum SP,M,Si, Selasa (30/4/2019). Pemanfaatan lahan rawa untuk tanaman jagung kata dia, dinilai tepat, karena lahan rawa di Desa Sidondo III, Kecamatan Sigi Biromaru luas. Sebelum bencana, lahan rawa ini digunakan untuk kolam ikan.
Kata dia, lahan rawa/gambut dangkal, memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki resiko kegagalan relatif sedikit, dibandingkan lahan non rawa, manakala dikelola secara benar.
“Oleh karena itu, BPTP Sulteng manfaatkan lahan rawa yang ada di KP Sidondo, seluas 2,5 hektar (ha), untuk penangkaran benih jagung hibrida sebagai sumber benih,” jelas Basrum.
Kata dia, adapun benih jagung yang ditanam yaitu jenis N 51 untuk benih betina dan MR.15 untuk benih jantan. Perlakuan benih sebelum tanam menggunakan saromil. Hal itu dilaukan untuk antisipasi penyakit bulai, untuk jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x 40 cm, serta dua biji per lubang tanam.
Kemudian sistem penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tiga jalur, yang artinya satu jalur jantan, kemudian tiga jalur betina. Lubang tanam dibuat menggunakan tugal kayu. Dengan memanfaatkan lahan rawa yang ada, maka diharapkan berhasil untuk memproduksi benih jagung yang berkualitas bagus. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai contoh bagi petani, yang ada di sekitar KP Sidondo, dalam memanfaatkan potensi yang ada.
Untuk manfaatkan lahan rawa, diawali dengan penanaman perdana jagung hibrida, sebagai sumber benih oleh Kepala BPTP Sulteng, Dr Andi Baso Lompengeng Ishak SPt. MP, yang diikuti oleh siswa prakerin SMK Balaesang yang prakerin di BPTP. AJI