Penerima Manfaat Padat Karya Dilindungi BPJS-TK

IMG-20181122-WA0042
PALU, MERCUSUAR – Penerima program padat karya atau Bantuan Nom Tunai (BNT) yang dilincurkan United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan PBB untuk Pembangunan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) Sulawesi Tengah (Sulteng) dilindung BPJS Tenaga Kerja (TK).
 
Lembaga ROA yang melaksanakan program padat karya di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulteng, telah mendaftarkan 100 orang penerima manfaat program padat karya di BPJS Ketenagakerjaan.
 
Direktur ROA, Moch. Subarkah mengatakan, program padat karya memberikan manfaat yang cukup besar bagi para korban, sebab selain bangunan rumah mereka yang dibersihkan, mereka yang merupakan penyintas gempa mendapatkan upah dari pekerjaan tersebut.
 
Subarkah yang akrab disapa Abal ini menjelaskan bahwa para pekerja telah terdaftar dalam BPJS ketenagakerjaan, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja mereka bisa mendapatkan jaminan kecelakaan kerja (JKK).
 
“Kita berharap dalam perjalanan program padat karya yang diluncurkan UNDP, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun standar keselamatan kerja tetap harus dilaksanakan, sehingga semua penerima manfaat padat karya kami daftarkan di BPJS ketenagakerjaan,” kata Abal.
 
Abal yang juga sebagai penangungjawab program padat karya di Desa Lolu mengatakan sebelum dilaksanakan pekerjaan pembersihan di lokasi gempa, ROA bersama BPJS-TK telah melakukan sosialisasi kepada penerima manfaat, terkait prosedur kerja dan manfaatn BPJS-TK.
 
Sementara itu Kepala Desa Lolu, Tarmin mengapresiasi apa yang dilaksanakan oleh UNDP bekerjasama dengan ROA Sulteng.
 
Menurutnya, setelah bencana gempa bumi yang terjadi 28 September 2018 lalu, sebagian besar warganya kehilangan mata pencaharian, sementara kebutuhan hidup mereka cukup banyak.
 
“Selaku Kepala Desa, saya mengucapkan terimakasih banyak, sebab dengan adanya program padat karya ini warga saya bisa terbantu dan bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya,” ujarnya.
 
Tarmin menambahkan, bahwa 90 persen bangunan rumah di Desa Lolu mengalami rusak berat bahkan ada yang hancur. Warga tidak dapat membersihkan sendiri reruntuhan rumahnya tanpa bantuan warga lainnya, sehingga dengan adanya program padat karya, reruntuhan rumah bisa dibersihkanbahkan dibongkar.
 
“ Program ini sangat membantu kami di Desa Lolu, selain reruntuhan bangunan rumah kami sudah di bersihkan dan bahkan dirobohkan, warga kami juga mendapatkan upah,” kata Tarmin.
 
Sumar Yono (47) warga RT 6 Desa Lolu mengaku sangat terbantu dengan program padat karya yang diluncurkan UNDP bekerjasama dengan ROA Sulteng, sebab tanpa adanya bantuan tersebut, bangunan rumahnya yang hancur tidak bisa dibersihkan.TIN

Pos terkait